Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pabrik Pupuk Diminta Perbarui Pabrik

Kementerian Perindustrian terus mendorong pabrikan pupuk yang memiliki lini produksi lebih dari 20 tahun untuk segera melakukan revitalisasi agar dapat bersaing.
Pekerja membongkar muatan pupuk urea ke truk di Pelabuhan Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (17/2)./Antara-Fiqman Sunandar
Pekerja membongkar muatan pupuk urea ke truk di Pelabuhan Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (17/2)./Antara-Fiqman Sunandar

Bisnis.com, JAKARTA--Kementerian Perindustrian terus mendorong pabrikan pupuk yang memiliki lini produksi lebih dari 20 tahun untuk segera melakukan revitalisasi agar dapat bersaing.

Achmad Sigit Dwiwahjono, Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), menyampaikan jika produsen pupuk nasional dengan lini produksi yang usang akan kesulitan berlaga dengan pabrikan lain.

"Bagaimana bisa bersaing jika beberapa pabrikan pupuk nasional memiliki teknologi yang tertinggal. Padahal di negara lain sedang giat melakukan revitalisasi pabrikan pupuk," kata Sigit ketika dihubungi Bisnis, Rabu, (23/8/2017).

Menurutnya, penggunaan teknologi yang lebih muktahir dapat meningkatkan efisiensi. Pabrik misalnya dapat menekan penggunaan gas karena mesin baru umumnya lebih hemat energi dan ramah lingkungan. Selain itu, output yang dapat diproduksi oleh mesin terbaru memiliki kapasitas yang lebih banyak dibandingkan dengan mesin lama.

Pabrikan lokal juga mesti bersaing dengan pabrikan dari luar negeri yang masuk melalui produk impor.

Sebelumnya, pabrikan pupuk menyiapkan berbagai langkah efisiensi untuk mengantisipasi pemangkasan subsidi pada tahun depan. “Efisiensi itu harus dilakukan dengan streamlining seluruh business process yang ada di pabrik,” ujar Direktur Utama PT Pupuk Kujang Nugraha Budi Eka Irianto.

Menurutnya, salah satu komponen biaya yang paling berpengaruh terhadap kegiatan produksi merupakan harga gas. “Kalau harga gas bisa diturunkan lebih rendah lagi, dampaknya sangat positif terhadap upaya efisiensi. Dan punya keterkaitan langsung bagi kemampuan kami menyalurkan pupuk bersubsidi.”

Perseroan menargetkan untuk bisa memulai tahap konstruksi proyek gasifikasi batu bara sebagai langkah efisiensi biaya gas pada tahun ini. Hanya saja, proyek itu paling tidak memerlukan masa konstruksi selama 4 tahun—5 tahun untuk bisa mulai beroperasi.

Nugraha menyatakan pabrikan pupuk yang tergabung sebagai anak usaha Pupuk Indoonesia Holding Company masih menantikan adanya keberlanjutan revisi harga gas industri.

Seperti diketahui, realisasi produksi pupuk lokal pada tahun lalu sebanyak 10,5 juta ton. Kapasitas terpasang pabrikan pupuk mencapai 13,19 juta ton.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper