Bisnis.com, LAMONGAN – Kementerian Perindustrian menyebut perlemahan pertumbuhan industri kecil dan menengah selama kuartal II/2017 ini disebabkan terutama oleh daya beli masyarakat yang sedang lesu.
Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih menyampaikan berbagai sektor IKM pada kuartal kedua tahun ini memang mengalami penurunan penjualan.
“Misalnya saat pameran GBN [Gelar Batik Nusantara] paada awal Juni lalu di JCC Senayan Jakarta. Pada pameran tahun ini, nilai penjualan mereka turun 30% kalau dibandingkan dengan transaksi tahun sebelumnya,” jelas Gati di Lamongan, Jawa Timur, pada Senin (7/8/2017).
Gati mengungkapkan bukan hanya IKM, saat ini seluruh industri baik skala besar maupun skala kecil memang sedang mengalami penurunan penjualan. Order industri berkurang karena masyarakat menahan membelanjakan uangnya.
Pertumbuhan industri manufaktur sedang dan besar nasional melambat pada triwulan kedua tahun ini dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan melambat meski pada kuartal II/2017 industri menggenjot produksi untuk memenuhi permintaan puasa dan Lebaran.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan selama kuartal kedua 2017, industri besar dan sedang (IBS) hanya tumbuh 4% (year-on-year/yoy). Pertumbuhan tersebut merupakan yang terkecil dibandingkan dengan kuartal II/2016 sebesar 5,06% dan kuartal II/2015 sebesar 5,25%.
Selain IBS, BPS mencatat industri manufaktu mikro dan kecil (IMK) juga mengalami perlambatan. Sektor IMK hanya tumbuh 2,5% pada kuartal II/2017 (yoy). Pada kuartal II/2016 dan kuartal II/2015, IMK tumbuh masing-masing 6,56% dan 4,57%.
Menurut Gati, pemerintah masih perlu menciptakan kebijakan-kebijakan yang berorientasi meningkatkan daya beli masyarakat sehingga kinerja industri skala besar, menengah, dan kecil akan kembali pulih.