Bisnis.com, JAKARTA—Kendati konsumsi domestik menunjukkan perlemahan, kinerja ekspor industri pengolahan masih cemerlang di pasar global. Selama semester I/2017, nilai ekspor industri pengolahan naik 10,05% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan ekspor tersebut ditopang terbesar oleh pengiriman bubur kayu atau pulp, aluminium, pupuk, dan logam dasar. Sejalan dengan peningkatan ekspor, impor bahan baku pada semester I/2017 juga tercatat naik hingga 11,26%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyebutkan sejumlah kebijakan pemerintah telah mampu mengerek kinerja ekspor secara umum, terutama yang terkait perjanjian bilateral dan multilateral dengan negara lain.
“Nilai ekspor industri pengolahan pada Juni turun yang paling besar yaitu 21,21%. Namun, jika dilihat tren dalam beberapa tahun terakhir, ekspor memang turun pada bulan di mana ada Lebaran. Setelahnya akan naik lagi,” kata Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (17/7).
Dia menjelaskan nilai ekspor industri pengolahan pada semester I/2017 mencapai US$59,8 miliar. Nilai ekspor terbilang pulih setelah pada semester I/2016 sempat turun dibandingkan periode yang sama pada 2015.
Dari komposisinya, nilai ekspor industri pengolahan mencapai 74,77% dari total ekspor selama semester I/2017. Suhariyanto menilai komposisi ekspor tersebut cukup proporsional jika dibandingkan dengan komposisi nilai impor bahan baku atau bahan penolong yang mencapai 75,55% dari total impor selama semester I/2017.
Secara rinci, Suhariyanto menyebut lima komoditas industri yang ekspornya turun paling besar selama Juni dibandingkan Mei 2017 yaitu lemak dan minyak hewan/nabati, bahan bakar mineral, karet dan barang dari karet, kendaraan dan bagiannya, dan mesin dan pesawat mekanik.
Pada kesempatan terpisah, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Harris Munandar mengungkapkan meski konsumsi dalam negeri rendah, industri pengolahan dapat menyasar pasar ekspor. Dia menyebut situasi ekonomi politik global memang tidak menentu, tetapi belum berpengaruh signifikan pada kinerja ekspor.
“Belanja masyarakat dalam negeri memang tidak signifikan, tetapi beberapa komoditas industri, ekspornya naik. Salah satu yang cukup misalnya tekstil. Kami masih optimistis untuk pasar eksternal,” ungkap Harris.