Bisnis.com, JAKARTA -- Petambak garam mendahului musim tanam yang biasanya dimulai Juli menyusul harga yang melambung ke posisi Rp3.000 per kg di tingkat petani.
Petambak garam di Sampang dan Pamekasan, Madura, membuka petak-petak penggaraman sejak dua bulan lalu meskipun hujan masih turun. Realisasi produksi garam rakyat tahun lalu yang hanya 144.009 ton menciptakan kelangkaan di dalam negeri dan memicu lompatan harga.
"Petambak-petambak menanam garam lebih awal meskipun kualitas yang dihasilkan tidak begitu baik," kata Ketua Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI) Jakfar Sodikin, Rabu (5/7/2017.
Dia menuturkan garam rakyat tetap diserap oleh mitra petambak walaupun produk yang dihasilkan hanya berkualitas II (K2) atau III (K3). Dalam kondisi normal, garam K2 dibeli Rp550 per kg dan garam K3 dibeli Rp450 per kg.
Melihat cuaca yang masih tidak menentu memasuki masa tanam garam, APGRI memangkas perkiraan produksi garam rakyat tahun ini menjadi 1,5 juta ton dari semulai 1,9 juta ton. Apalagi, kata Jakfar, hampir tidak ada ekstensifikasi tambak garam.
"Itu pun [target 1,5 juta ton] kalau teknologi geomembran dan manajemen air program pemerintah berjalan baik," ujarnya.
Di sisi lain, pemerintah pada awal tahun mematok target produksi garam rakyat 3,2 juta ton tahun ini. Sejalan dengan itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan membangun jalan produksi dan menyalurkan geomembran di sentra-sentra produksi.
KKP juga akan menambah enam gudang garam menjadi 12 unit. Gudang untuk mendukung program resi gudang itu akan dibangun di Rembang, Brebes, Sampang, Demak, Tuban, dan Kupang. Tahun lalu, KKP telah membangun enam gudang di Indramayu, Pati, Pamekasan, Cirebon, Pangkep, dan Bima.
Petambak nanti dapat menyimpan hasil produksinya di gudang itu dan faktur resinya bisa berfungsi sebagai jaminan untuk mengajukan kredit perbankan.
Namun menurut Jakfar, kapasitas gudang yang hanya 2.000 ton di setiap lokasi tidak akan mampu menampung seluruh garam yang diproduksi petambak.
Ujung-ujungnya, program itu efektif menstabilkan harga. Dia memberi contoh, produksi garam rakyat di Pamekasan 100.000 ton dan di Sampang 300.000 ton.
"Bayangkan, kapasitas gudang 0,2% dari produksi. Ini jelas tidak efektif, apalagi jika letak gudang terlalu jauh dari pusat produksi," katanya.