Bisnis.com, JAKARTA - Megaproyek pembangkit listrik dengan total kapasitas 35.000 megawatt (MW) menjadi salah satu teroboson Kabinet Kerja di bawah Presiden Joko Widodo.
Proyek itu ditargetkan selesai dalam 5 tahun, yaitu hingga 2019. Selain untuk menambah kapasitas listrik di Tanah Air, proyek raksasa itu dinilai bakal menggerakkan perekonomian karena banyak swasta terlibat dalam pengerjaan pembangkit dan infrastruktur lain seperti transmisi dan gardu induk.
Namun, tidak sedikit pihak yang pesimistis proyek itu bakal kelar pada 2019. Di sisi lain, pemerintah sendiri memproyeksikan tambahan pasokan listrik hingga 2019 tidak sebanyak 35.000 MW, tetapi hanya sekitar 20.000-an MW.
Berdasarkan data PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), berikut ini progres pembangkit listrik hingga 30 Mei 2017.
Ada 2% atau 768 MW pembangkit listrik yang sudah beroperasi. Pembangkit dengan kapasitas 13.847 atau 39% sedang proses kontruksi. Pembangkit itu sudah proses perjanjian jual beli listrik.
Pembangkit yang sudah terkontrak, tetapi belum mulai konstruksi sebanyak 8.164 MW atau 23%. Sementara itu, pembangkit yang dalam tahap pengadaan (lelang) sekitar 5.885 atau 16%. Sisanya sebesar 7.172 MW atau 20% masih tahap perencanaan.
Sementara itu, jika dilihat dari penandatanganan jual beli listrik, sekitar 22.779 MW atau 64% sudah ditandatangani, sedangkan sisanya 13.057 MW atau 36% belum tanda tangan jual beli listrik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel