Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKONOMI JEPANG: Kuartal I/2017, PDB Direvisi Lebih Rendah

Ekonomi Jepang tumbuh lebih kecil dari yang pemerintah laporkan sebelumnya untuk kuartal pertama, akibat terbebani oleh penurunan pada jumlah persediaan minyak dan bahan baku lainnya serta revisi penurunan terhadap konsumsi swasta.
Bursa Jepang/Reuters
Bursa Jepang/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Jepang tumbuh lebih kecil dari yang pemerintah laporkan sebelumnya untuk kuartal pertama, akibat terbebani oleh penurunan pada jumlah persediaan minyak dan bahan baku lainnya serta revisi penurunan terhadap konsumsi swasta.  

Dilansir Bloomberg (Kamis, 8/6/2017), produk domestik bruto (PDB) Jepang berekspansi 1% secara tahunan pada kuartal pertama. Angka ini lebih rendah dari data awal dengan pertumbuhan sebesar 2,2%.

Secara kuartalan (q-o-q), pertumbuhan PDB naik 0,3% pada kuartal pertama atau lebih kecil dari angka awal sebesar 0,5%.

Pada saat yang sama, kontribusi investasi publik turun 0,1% atau tidak mengalami revisi dari angka sebelumnya.

Sementara itu, tingkat konsumsi swasta, yang berkontribusi sekitar 60% dari PDB, naik 0,3% atau lebih kecil dari data pendahuluan untuk kenaikan 0,4%.

Tingkat persediaan swasta berkurang 0,1 persentase poin dari pertumbuhan kuartalan atau lebih kecil dari angka pendahuluan dengan kenaikan 0,1 poin persentase. Belanja bisnis menguat 0,6% pada kuartal pertama dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Data belanja bisnis sebelumnya hanya naik 0,2%.

Menurut pemerintah Jepang yang merilis data ini, penurunan pada penyimpanan minyak merupakan faktor terbesar dalam revisi penurunan persediaan. Kenaikan harga minyak menyebabkan penurunan permintaan, yang dikombinasikan dengan perawatan tangki dan kilang secara teratur untuk mengurangi volume minyak yang tersimpan di Jepang.

Meski demikian, hal ini belum mengubah gambaran keseluruhan atas kekuatan ekspor yang berlanjut dan permintaan domestik yang lebih kuat. Keduanya telah mendukung pertumbuhan selama lima kuartal berturut-turut, ekspansi terpanjang sejak tahun 2006.

Di saat investasi bisnis berkembang akibat kekuatan permintaan luar negeri, kunci untuk pemulihan berkelanjutan adalah tentang apakah tingkat upah mulai tumbuh cukup kuat untuk mendorong konsumsi swasta menjadi lebih baik.

“Besarnya revisi cukup mengejutkan, namun merupakan kesalahan jika memiliki kesimpulan bahwa ekonomi Jepang mulai melambat.  Ini tidak mengubah gambaran keseluruhan untuk pemulihan Jepang yang terus berlanjut,” kata Yoshiki Shinke, kepala ekonom di Dai-ichi Life Research Institute.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper