Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertamina Beli LNG dari Woodside 1,1 Juta ton/tahun

Pertamina dan Perusahaan Energi asal Australia, Woodside menandatangani perjanjian penyediaan 1,1 juta ton LNG per tahun selama 20 tahun.
Kapal pengangkut LNG./Ilustrasi
Kapal pengangkut LNG./Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA--Pertamina dan Perusahaan Energi asal Australia, Woodside menandatangani perjanjian penyediaan 1,1 juta ton LNG per tahun selama 20 tahun.

Dalam keterangan resminya yang diterima Bisnis, Rabu (7/6/2017), Duta Besar Australia untuk Indonesia, Paul Grigson mengatakan kesepakatan ini merupakan transaksi perdana dengan perusahaan asal Australia.

Dia pun berharap melalui kesepakatan tersebut, Australia bisa membantu Indonesia memenuhi kebutuhan energi di Indonesia serta memberi kontribusi bagi keamanan energi di Indonesia, mendukung pertumbuhan ekonomi, lapangan pekerjaan dan pembangunan.

Sementara itu, CEO Woodside Peter Coleman mengatakan dengan meningkatnya permintaan gas di pangsa regional, pihaknya siap menjadi salah satu pilihan penyedia gas. Adapun, dari Woodside Singapore akan dipasok sekitar 0,6 juta ton per tahun yang bisa ditingkatkan menjadi 1,1 juta ton per tahun mulai 2022 hingga 2038.

"Rekam jejak kami sebagai penyuplai reliabel LNG dan kedekatan dengan sumber utama LNG kami ke Indonesia adalah kunci untuk mencapai ini," katanya dikutip dari laman resmi Woodside.

Berdasarkan catatan Bisnis, terdapat kesepakatan pasokan LNG yang diteken sebelumnya. Pertama, kesepakatan jangka panjang Total dengan Pertamina untuk pasokan LNG sebesar 0,4 sampai 1 juta ton per tahun yang dimulai pada 2020 dan berlangsung selama 15 tahun. Pasokan tersebut berasal dari Proyek Corpus Christi, Amerika Serikat. Sebagai gantinya, Total bakal memasok LNG ke Pertamina dengan volume yang sama yakni 0,4-1 juta ton per tahun.

Kedua, Pertamina telah menandatangani perjanjian jual beli gas (PJBG) dengan anak usaha Cheniere Energy Inc yakni Corpus Christi Liquefaction Liability Company untuk memasok 0,76 juta ton per tahun LNG mulai 2019 selama 20 tahun.

Ketiga, Pertamina juga sudah berkontrak dengan Cheniere Energy dengan volume yang sama namun dimulai pada 2018 dengan durasi 20 tahun. Ketiga, Pertamina meneken pembelian LNG dari ExxonMobil sebanyak 1 juta ton per tahun selama 20 tahun mulai 2025.

Dikutip dari laporan BMI Research, Indonesia sebagai negara kedua pengekspor gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) terbsesar setelah Qatar dengan kemampuan ekspor 3,9 juta ton LNG di kuartal I/2017 diperkirakan akan mengimpor LNG pada 2022. Pada 2022 Indonesia diperkirakan menjadi net importer LNG karena naiknya kebutuhan gas dalam negeri yang tumbuh rerata 4% setiap tahunnya dalam beberapa tahun ke depan.

Selain itu, perkiraan impor pun disebabkan menurunnya kemampuan produksi lapangan gas karena usianya yang semakin tua sehingga angka penurunan produksi begitu tajam di samping proyek-proyek besar yang belum bisa berproduksi.

Proyek gas kakap seperti Lapangan Abadi, Masela yang dioperatori Inpex dan Indonesia Deepwater Development yang dioperatori Chevron masih belum bisa dikembangkan karena faktor ketidakpastian regulasi juga ketidaksepakatan antara kontraktor-pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper