Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PBOC Pertahankan Kebijakan Moneter

Bank Sentral China (PBOC) berjanji untuk mempertahankan kebijakan moneternya yang tidak terlalu ketat atau terlalu longgar pada tahun ini.
ILUSTRASI./.Bloomberg
ILUSTRASI./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA— Bank Sentral China (PBOC) berjanji untuk mempertahankan kebijakan moneternya yang tidak terlalu ketat atau terlalu longgar pada tahun ini.

Wakil Gubernur PBOC Chen Yulu mengatakan, kebijakan moneter yang hati-hati dan netral tersebut akan menjamin likuiditas nasional menjadil lebih stabil. Ucapan Yulu ini seolah semakin menegaskan arah kebijakan moneter China yang sebelumnya telah dilaporkan pada awal Mei.

“Reformasi struktural yang masif akan memainkan peran yang lebih penting dan optimal dalam mengatur arah perekonomian China,” katanya, seperti dikutip dari Reuters (4/6/2017).

Sebelumnya, penasihat PBOC Sheng Songcheng juga telah menyatakan bahwa Bank Sentral China tidak akan terlalu banyak melakukan penyesuaian moneter. Dia merasa, selama likuiditas nasional tetap stabil dalam jangka waktu tertentu, otoritasnya tidak akan melakukan intervensi berlebihan.

Dia juga menyatakan bahwa PBOC akan terus mengelola permintaan kredit nasional sebagai bagian dari reformasi sisi penawaran yang sedang berlangsung di Negeri Panda.

“Namun, kami akan tetap memperingatkan perusahaan nasional agar tidak melakukan ekspansi secara membabi buta di sektor keuangan. Mereka harus berpegang teguh pada bisnis inti mereka agar tingkat utang nasional tetap terjaga,” katanya.


Adapun sebelumnya, Moody’s Investor Services mengatakan, proses reformasi struktural China masih belum cukup untuk menahan laju pertumbuhan utang domestik.
Pernyataan tersebut merupakan jawaban Moody’s atas tanggapan Beijing yang menyebutkan pemangkasan peringkat utang China tidaklah logis. Seperti diketahui, pada Rabu (24/5/2017) Moody’s memangkas peringkat kredit China dari A1 menjadi Aa3. Lembaga itu juga mengubah outlook utang Negeri Panda menjadi stabil dari negatif.

Tepat sehari setelah terbitnya laporan Moody’s tersebut, Kementerian Keuangan China dan Kementerian Perdagangan China melalui penelitinya Mei Xinyu langsung memberikan keterangan resmi.

Kedua otoritas itu menuding Moody’s menggunakan metodologi penelitian yang salah dan cenderung melebih-lebihkan kondisi yang sedang dialami China. Lembaga pemeringkat utang dunia itu juga dianggap meremehkan kemampuan pemerintah dalam menangani pertumbuhan utang domestik dan melakukan reformasi struktural.

Managing Director Moody's Sovereign Risk Group Marie Dimon mengatakan, pemulihan ekonoi China yang terjadi sejak akhir tahun lalu cenderung terjadi akibat stimulus kredit yang diberikan pemerintah yang telah dilakukan selama beberapa tahun terakhir. Dia juga meyakini, penyaluran utang oleh pemerintah ke korporasi-korporasi domestik China masih akan terus dilakukan, meskipun secara perlahan mulai dibatasi.

Dia menambahkan, pemangkasan peringkat utang akan sangat mungkin terjadi lagi kepada China, jika Moody’s menemukan bukti-bukti baru bahwa laju pertumbuhan utang masih tinggi di Negeri Panda. Untuk itu, menurutnya, lembaganya masih akan menunggu pembuktian kebijakan China yang akan melakukan perbaikan strukturalnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : REUTERS
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper