Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah ingin menunjukkan bahwa proyek jalur kereta api ringan (light rail transit/LRT) Palembang sebagai bukti kini pembangunan infrastruktur tidak hanya bersifat Jawa-sentris.
“Walaupun anggarannya mahal, memang teraplikasi dan bisa dibangun di luar Jawa. Apalagi dibangun kontraktor bangsa sendiri,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat meninjau pembangunan LRT Palembang, Sumatra Selatan, pada Rabu (24/5/2017).
Budi menyebutkan rencana awalnya biaya pembangunan jalur LRT Palembang Rp12,5 triliun. Namun, setelah dikoreksi konsultan, bisa ditekan menjadi Rp10,94 triliun, tidak termasuk investasi sarana kereta api oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) selaku operatornya.
Saat ini, tambah mantan Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) tersebut, timnya masih mengkaji besaran tarif per penumpang. Budi memastikan pemerintah memberi subsidi melalui skema kewajiban layanan publik (public service obligation/PSO) kepada KAI.
“Selisih antara biaya investasi dan daya beli akan ada PSO. Kami akan libatkan para ahli untuk mengkajinya,” ujar pria kelahiran Palembang 60 tahun lalu itu.
Proses konstruksi LRT Palembang dimulai sejak November 2015 dan diharapkan tuntas pada Desember 2017. Secara hampir bersamaan, pengadaan sarana perkeretaapian sudah dilakukan sejak April 2016 dan selesai pada Maret 2018. Untuk rel dipasang bulan depan.
Pada Juni 2018, LRT diharapkan sudah beroperasi agar dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan Asian Games pada Agustus 2018. PT Industri Kereta Api (Persero) tengah membuat rangkaian gerbongnya.
Jalur layang LRT membentang sepanjang 23,4 km dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II ke Kompleks Olahraga Jakabaring. Di sepanjang jalur tersebut akan dibangun 13 stasiun di mana 12 stasiun berada di atas jalan (layang), kecuali stasiun di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II yang berada di darat.
Menteri Keuangan Sri Mulyani meyakini proyek LRT tersebut akan memberikan efek berganda bagi perekonomian Palembang dan Sumsel. Untuk proses konstruksi saja terdapat 4.000 tenaga kerja yang dilibatkan. “Tentu dengan dana Rp10,9 triliun bisa tingkatkan gairah ekonomi,” kata perempuan kelahiran Bandar Lampung, Provinsi Lampung, 54 tahun lalu itu.