Bisnis.com, JAKARTA - Sekolah Tinggi Teknik PLN (STT PLN) meluncurkan Program Vokasi Ketenagalistrikan dan Inisiatif Listrik Kerakyatan untuk membantu ketahanan energi nasional yang ramah lingkungan dengan memberdayakan masyarakat.
Model pembelajaran dan karya penelitian yang sangat dibutuhkan tersebut diresmikan pada Kamis (18/5/2017) dalam acara Karya Untuk Negeri di Sasana Kriya Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur.
“Kami memerlukan 700.000 tenaga operator dan teknisi untuk mengoperasikan dan memelihara sekitar 80.000 megawatt instalasi listrik yang akan dibangun sampai 2025,” kata Ketua STT PLN, Supriadi Legino, melalui siaran pers.
Dia menjelaskan kebutuhan tenaga teknik yang sangat besar tersebut disikapi STT PLN dengan membuka pendidikan dan latihan vokasi ketenagalistrikan bagi para lulusan SMU dan setara. Para siswa akan dilatih selama satu tahun sehingga layak mendapatkan sertifikasi kompetensi sesuai dengan amanat Undang-Undang Ketenagalistrikan No. 30 Tahun 2009.
Sementara itu Kepala Divisi SDM dan Inovasi PLN, Bagus Irawan, menilai Program Vokasi Ketenagalistrikan dapat menjadi kunci penyelesaian masalah suplai SDM bukan hanya di pembangkit listrik tapi juga di industri hilir yang nanti ikut tumbuh bersama peningkatan pasokan listrik.
"Jangan sampai ketika seluruh pembangkit beroperasi, tenaga kerja ahlinya tidak tercukupi" ujar Bagus.
Karya kedua yang diluncurkan pada kesempatan yang sama adalah Inisiatif Listrik Kerakyatan (LK) yang ramah lingkungan, sebagai alternatif untuk menjawab berbagai dilema pada sistem ketenagalistrikan saat ini. Kelistrikan konvensional terpusat dan terinterkoneksi merupakan sistem yang efisien dan handal.
Namun sistem itu mulai menghadapi persoalan dalam pembangunannya terutama mengenai pembebasan lahan dan pendanaan. Akibatnya, banyak proyek pembangunan pembangkit dan transmisi yang terlambat dan mengakibatkan kerugian yang bisa menganulir keuntungan yang diperoleh dari sistem interkoneksi.
“Sebagai solusi, model Listrik Kerakyatan (LK) dapat mulai diterapkan. LK mengadopsi konsep distributed generation atau pembangkitan skala kecil yang tersebar, yang dapat dibangun pada lahan kurang dari 1.000 m2,” kata Supriadi.
Menurutnya, LK memiliki filosofi 1000 x 1 = 1 x 1000. Artinya membangun 1 unit 1000 MW oleh investor raksasa yang sarat dengan masalah, sama hasilnya dengan membangun pembangkit berkapasitas 1 MW yang lebih sederhana dan bisa dikerjakan lebih cepat secara gotong royong oleh 1.000 pengusaha lokal.
Supriadi yakin dengan berkembangnya LK, laju defisit energi listrik yang saat ini masih terjadi di luar Jawa bisa diperlambat. LK juga jawaban untuk penyediaan listrik daerah terisolir dan pulau-pulau terluar yang terlalu mahal biayanya apabila dibangun dengan sistem konvensional.