Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Presiden Jokowi: Apa yang Salah pada Kita?

Presiden Joko Widodo mengeluhkan lambannya pembangunan infrastruktur di Indonesia dibandingkan dengan negara lain.
Presiden Joko Widodo menunjuk salah satu warga saat berdialog dengan warga dalam kunjungannya di Gelanggang Olah Raga Bima, Cirebon, Jawa Barat, Kamis (13/4)./Antara-Dedhez Anggara
Presiden Joko Widodo menunjuk salah satu warga saat berdialog dengan warga dalam kunjungannya di Gelanggang Olah Raga Bima, Cirebon, Jawa Barat, Kamis (13/4)./Antara-Dedhez Anggara

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo mengeluhkan lambannya pembangunan infrastruktur di Indonesia dibandingkan dengan negara lain.

Padahal, di masa lalu negara-negara lain itu belajar dari Indonesia. Presiden mencontohkan Malaysia yang dulu berguru ke Indonesia saat ini sudah lebih maju dari Indonesia. Pada 1970-an, jalan tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi) menjadi contoh bagi negara lain untuk membangun jalan tol.

Jalan tol ini merupakan jalan tol pertama yang dibangun Indonesia, saat pemerintahan Soeharto.

Dibandingkan dengan China, Indonesia juga tertinggal. Presiden Joko Widodo menuturkan selama 40 tahun Indonesia membangun cuma 780 kilometer jalan, sedangkan China sudah membangun 280.000 kilometer.

"Dulu belajar kepada kita. Apa yang salah dari kita? Itu yang harus kita evaluasi," kata Presiden saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2017 di Istana Negara, Kamis (18/5/2017).

Presiden Joko Widodo mengaku kaget soal  perusahaan Korea Selatan yang bisa memproduksi kapal selam, sedangkan PT PAL Indonesia (Persero) yang sudah 72 tahun beroperasi belum bisa membuat kapal selam.

PT PAL Indonesia ialah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang industri galangan kapal.

"Kita belum maju ke mana-mana, dia sudah bisa bikin kapal selam. Apa yang salah dengan kita? Hal-hal seperti ini yang akan saya ingatkan kepada siapapun, bahwa kita harus mengubah pola pikir, etos kerja, disiplin kita. Kalau kita tidak mau ditinggal oleh negara yang lain," tutur Presiden.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper