Bisnis.com, JAYAPURA — Aliran listrik menuju desa-desa di Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara hingga 2019 menelan dana Rp8,83 triliun.
Haryanto, Direktur Bisnis Regional Maluku-Papua PLN, mengatakan aliran listrik ke desa-desa di empat provinsi itu perlu diwujudkan karena rasio elektrifikasi di masing-masing provinsi masih rendah. Rasio elektrifikasi ialah perbandingan jumlah penduduk yang mendapatkan listrik terhadap total jumlah penduduk.
Rasio elektrifikasi di Papua sekitar 45% dan Papua Barat 76%. Haryanto mengatakan PLN akan mengalirkan listrik di 1.273 desa di dua provinsi itu. Dana pengerjaan aliran listrik mencapai Rp6,63 triliun.
"Itu untuk tiga tahun ke depan. Di Maluku dan Maluku Utara butuh Rp2,2 triliun," katanya, Selasa (9/5/2017).
Hingga akhir 2019 PLN berencana menyalurkan listrik ke 537 desa di Maluku dan Maluku Utara. Targetnya, rasio elektrifikasi di dua provinsi tersebut mencapai 97%.
Saat ini, rasio elektrifikasi di Provinsi Maluku sebesar 77,44% dan di Provinsi Maluku Utara 76,26%. Dibandingkan dengan Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat, rasio elektrifikasi di Papua jauh lebih rendah.
Haryanto menjelaskan rendahnya rasio elektrifikasi di Papua disebabkan kepadatan penduduk yang rendah dan wilayah yang terlalu luas. "Kemudian akses transportasi, juga keterbatasan energi," ucapnya.
Pada 20 Mei mendatang PLN mulai mengalirkan listrik ke Burmeso di Mamberamo Raya. Lantas, listrik bakal masuk secara bertahap ke Kabupaten Lanny, Kabupaten Tolikara, dan wilayah Pegunungan Tengah Papua. Sebelumnya, pada 21 April 2017 PLN menyalurkan listrik ke distrik Fef, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat.
Haryanto mengatakan penyaluran listrik ke desa terbebani biaya transportasi, biaya sumber daya manusia, dan biaya penyusutan barang yang cukup besar.