Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah tengah mendorong pemberian investment allowance berupa fasilitas fiskal perpajakan bagi industri berbasis padat karya.
Menteri Perindustrian Erlangga Hartarto memaparkan, soal teknis pemberian fasilitas tersebut, mereka akan membicarakannya dengan kementerian teknis terkait.
"Besarannya nanti akan dibahas dan ditentukan, karena itu kan harus dibahas di kementerian teknis," ucap Erlangga di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (20/3).
Dia menambahkan, fasilitas tax allowance itu diberikan kepada industri padat karya orientasi ekspor seperti industri alas kaki, tekstil, garmen, dan industri berbasis tenaga kerja banyak.
Pemberian insentif itu juga bagian dari rencana pemerintah terkait implementasi kebijakan pemerataan yang tengah digodok di Kemenko Perekonomian.
Adapun selain fasilitas perpajakan, pemerintah juga menyiapkan insentif berupa diskon pengadaan peralatan untuk mendukung kelancaran industri padat karya tersebut.
Sedangkan soal ketersediaan barang baku, mereka tengah menyiapkan kemudahan barang baku melalui fasilitas KITE untuk industri kecil dan menengah.
"Beberapa dari itu kita bahas dan terutama nanti dibahas sektor per sektor," ucapnya.
Namun demikian, untuk mendorong pertumbuhan industri tersebut, integrasi industri itu diperlukan mulai dari bahan baku, produksi, kemudian pasar, ataupun jasa, sampai kepada produk akhir dan recycle balik ke industri.
"Jadi itu yang penting bagi pengembangan industri ke depan, khusus yang IKM tadi itu juga salah satu yang bisa itu berbasis kepada pertanian," imbuhnya.
Beberapa waktu lalu pemerintah juga telah mulai melakukan pendidikan vokasi di sejumlah daerah untuk menyiapkan tenaga profesional. Di Jawa Barat dan Jawa Timur sudah mulai dengan 50 industri serta 234 Sekolah Menengah Kejuaruan.
"[Setelah itu], kami akan dorong di Jawa Tengah, itu sekitar 100 industri dan 500 SMK," jelasnya.
Catatan Bisnis, pertumbuhan produksi industri manufaktur melambat dalam lima tahun terakhir setelah laju pertumbuhan produksi per 2016 hanya tumbuh 4% (yoy).
Pelambatan ini dipicu penurunan produksi kelompok industri besar dengan kontribusi terbesar seperti bahan kimia dan barang kimia, pengolahan tembakau, karet, plastik dan kertas.
Pada 2015 dan 2014, produksi industri manufaktur besar dan menengah stagnan dalam kisaran 4,76% setelah mengalami pertumbuhan tinggi 6,01% pada tahun sebelumnya.