Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Paparan Mentan Mengendalikan Impor pangan

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Institute Lembang Sembilan di Hotel Mercure, Jakarta.
Amran Sulaiman/Antara-M. Agung Rajasa
Amran Sulaiman/Antara-M. Agung Rajasa

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Institute Lembang Sembilan di Hotel Mercure, Jakarta.

Dalam paparannya, Mentan Amran menyampaikan, sebagai menteri dirinya harus fokus bekerja karena punya tanggung jawab menyiapkan pangan untuk 250 juta jiwa rakyat Indonesia.

"Dulu sering ada berita orang meninggal karena kelaparan. Saya tidak ingin itu terjadi lagi. Untuk mewujudkan itu, saya serahkan diri saya ini untuk merah putih," kata Amran.

Dia mengingatkan, pada awal menjabat, Indonesia dihantam dua kejadian dahsyat yaitu el nino dan la nina. Atas kejadian itu, seminggu dua kali harus menghadap Presiden membahas masalah ini. "Di 2015 dan 2016 kita dihantam el nino dan la nina. Bila dibandingkan secata apple to apple dengan 1998 yang juga ada el nino akhirnya mengimpor 9 juta ton. El nino 2015 lebih berat dengan kenaikan penduduk menjadi 250 juta orang, harisnya impor 16 juta ton," katanya seperti dikutip dari keterangan resmi, Selasa (7/3).

Tapi dengan berbagai upaya, produksi ditingkatkan dan berhasil mengendalikan impor. Bahkan pada 2016 tidak ada sama sekali impor beras. "Semua kebijakan yang menghambat regulasi kita ubah termasuk tender-tender yang menjadi kendala, kita ubah menjadi penunjukan langsung. Karena hujan, tikus, wereng, bahkan el nino, tidak pernah mengatakan 'tunggu, pemerintah lagi tender'," imbuhnya.

Amran menambahkan, pertanian adalah tanaman semusim, tidak bisa disamakan dengan pembangunan gedung. Kebijakan harus benar-benar tepat agar tidak ada kerugian.

"Kalau hari kita waktu tanam, hari harus tanam. Kalau hari ini ada hama, hari ini juga harus selesai hari ini. Begitu juga dengan pupuk, hari ini butuh pupuk, hari ini pula pupuk harus ada. Saya ingatkan, kebijakan yang salah jauh lebih berbahaya dari koruptor," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper