Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsumsi Pakan Ikan 2017 Diprediksi Melambat

Setelah tahun lalu tumbuh 13% menjadi 1,6 juta ton, konsumsi pakan perikanan budidaya tahun ini diperkirakan naik hanya 10% karena dibayangi oleh rencana pengaturan keramba jaring apung dan penyakit udang.
Bisnis.com, JAKARTA -- Setelah tahun lalu tumbuh 13% menjadi 1,6 juta ton, konsumsi pakan perikanan budidaya tahun ini diperkirakan naik hanya 10% karena dibayangi oleh rencana pengaturan keramba jaring apung dan penyakit udang. 
 
Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) mengestimasi pertumbuhan permintaan pakan udang tahun ini hanya 5%-8%, terakselerasi setelah tahun lalu terkoreksi 1,8% menjadi 315.816 ton sejalan dengan penyakit yang menekan produksi komoditas perikanan unggulan itu. 
 
Akselerasi tidak bisa kencang karena produksi di tambak integrasi besar berhenti, seperti dialami oleh salah satu perusahaan integrasi terkemuka di Lampung yang mengurangi kapasitas produksi udang. 
 
Selain itu, kendati ada ekspansi tambak di beberapa tempat, seperti Jawa Barat, Lampung, dan Sulawesi, keterbatasan infrastruktur listrik dan jalan di wilayah itu membuat tambahan produksi udang tidak bisa kencang.
 
Di sisi lain, konsumsi pakan masih dibayangi oleh penyakit white feces dan viral disease yang tahun lalu menekan produksi udang hingga turun 115.000 ton menjadi hanya 265.000 ton.
 
"Dengan berbagai variabel akhir-akhir ini, antara lain penyakit di satu sisi, di sisi lain budidaya udang banyak yang melakukan ekspansi, maka kami berasumsi tahun ini ada pertumbuhan 5-8% dibanding tahun lalu," kata Ketua Divisi Akuakultur GPMT Haris Muhtadi, Kamis (2/3/2017).
 
Sementara itu, konsumsi pakan ikan diperkirakan naik hanya 10%-12% setelah tahun lalu tumbuh 15% ke posisi 1,3 juta ton. Menurut Haris, perlambatan akan terjadi karena permintaan pakan ikan budidaya laut stagnan, bahkan cenderung turun.
 
Namun, yang lebih berpotensi menekan konsumsi adalah eksekusi rencana penataan dan zonasi keramba apung di beberapa tempat, seperti Waduk Jatiluhur, Waduk Cirata, dan Danau Toba.  
 
"Wacana penataan sudah empat atau lima tahun ini dan kami khawatir dilakukan penataan tahun ini. Penataan artinya pengurangan produksi ikan yang berdampak pada penurunan permintaan pakan," jelasnya. 
 
Tantangan lainnya bagi permintaan pakan ikan adalah produksi ikan tawar untuk ekspor, seperti nila dan patin, yang tidak kompetitif. Kontribusi utama perikanan budidaya masih datang dari spesies lama, seperti ikan mas, nila, lele, dan bandeng. Akibatnya, permintaan pakan ikan budidaya stagnan. 
 
Mengenai teknologi pakan udang, Haris mengatakan saat ini ada perkembangan yang mana beberapa produsen memasukkan probiotik atau lactobacillus dalam proses produksi di pabrik, bukan di tambak. Pencampuran di pabrik itu membuat pakan lebih efektif dan terkontrol serta ramah lingkungan.
 
Selain itu, terjadi tren pengalihan dari tepung ikan (fish meal) ke bungkil kedelai yang difermentasi (fermented soybean meal). Meskipun demikian, mutu pakan diklaim tidak turun. Dalam formula pakan udang, tepung ikan biasanya berkontribusi 20%. 
 
"Beberapa perusahaan pakan terkemuka mulai mengurangi fish meal sampai pada level yang dulu sangat sulit dibayangkan, yakni sekarang tinggal 2%-3% sehingga bisa menekan harga pakan udang tanpa mengorbankan performa," ujar Haris. 
 
Pakan udang pun kini berada pada tren kandungan protein rendah, tetapi tetap menghasilkan pertambahan berat rata-rata harian (average daily gain/ADG) yang tinggi. 
 
Haris memberi contoh di Banyuwangi, sekalipun pakan berprotein rendah, tetapi menggunakan metode pemberian pakan autofeeder dengan teknologi baru, dapat menghasilkan ADG 0,9 gram per hari. Selain itu, rasio kebutuhan pakan untuk menghasilkan satu kilogram udang pun semakin turun. Jika dulu feed convertion ratio (FCR) mencapai 1,7-1,8, kini  cukup 1,1-1,2. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper