Bisnis.com, JAKARTA - Kilang gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) Donggi-Senoro di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah masih mencari pembeli untuk dari pasar domestik.
"Kami belum mendapat permintaan kargo untuk memenuhi kebutuhan domestik. Untuk kebutuhan pada kuartal I/2017 dan kuartal II/2017," ujar Direktur Urusan Korporasi PT Donggi-Senoro LNG Aditya Mandala, saat dihubungi Bisnis, Senin (6/2/2017).
Menurutnya, seluruh gas yang diproduksi telah dikirim ke konsumen yang sebagian besar merupakan konsumen jangka panjang. Dari 40 kargo yang dihasilkan, 39 kargo di antaranya untuk memenuhi kebutuhan konsumen jangka panjang yang berasal dari Jepang dan Korea Selatan.
Sebenarnya, komitmen konsumen jangka panjang pada 2016 adalah 36 kargo, namun karena domestik tak mampu menyerap, tiga kargo lainnya diserap pasar spot. Hanya satu kargo LNG yang disalurkan ke PLTGU Muara Karang.
Oleh karena itu, pihaknya masih menawarkan kepada pembeli domestik seperti PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Perusahaan Gas Negara, Tbk dan PT Pertamina (Persero) untuk menyerap gasnya untuk periode berikutnya.
Sesuai dengan ketentuan, sebelum menjualnya ke pasar spot, pihaknya harus mencari kemungkinan pembeli di domestik terlebih dahulu. Bila tak ada pembeli, setelah itu barulah Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi bisa memberikan rekomendasi untuk mengekspor gas tersebut. Pasalnya, selain harga, pihaknya pun harus bisa memastikan pasar mana yang akan menyerap ketika produksi menyentuh titik puncak.
"Untuk sepanjang q1 belum ada kebutuhan domestik. Saya belum dapat kabar untuk q2 selanjutnya," ujarnya.
Sejak beroperasi pada 2015, pihaknya telah mengirim 51 kargo LNG yaitu 11 kargo di 2015 dan 40 kargo di 2016. Adapun, tahun 2017 dari 40 kargo, pihaknya memiliki komitmen untuk memenuhi konsumen jangka panjang sebanyak 31 kargo.
Dari 40 kargo yang dihasilkan, 39 kargo di antaranya untuk memenuhi kebutuhan konsumen jangka panjang yang berasal dari Jepang dan Korea Selatan. Sebenarnya, komitmen konsumen jangka panjang pada 2016 adalah 36 kargo, namun karena domestik tak mampu menyerap, tiga kargo lainnya diserap pasar spot. Hanya satu kargo LNG yang disalurkan ke PLTGU Muara Karang. Pihaknya pun belum bisa melihat dampak penerapan beleid untuk mengimpor LNG bagi sektor ketenagalistrikan.
Seperti diketahui, Peraturan Menteri No.11/2017 diterbitkan untuk memberikan pilihan harga gas kepada PT PLN dan pengembang. Melalui beleid tersebut, IPP dan PLN bisa melakukan impor LNG bila landed price atau harga di terminal regasifikasi lebih rendah dari 11,5% dari harga minyak mentah Indonesia (Indonesian crude price/ICP). Namun, bila landed price LNG impor lebih dari 11,5%, PLN dan IPP bisa menggunakan gas pipa atau LNG dalam negeri dengan harga lebih dari 11,5%.
Sementara, Sekretaris Perusahaan PT Nusantara Regas Murti Hani mengatakan impor LNG tak akan berpengaruh terhadap kinerja Nusantara Regas. Adapun, total pasokan LNG yang diterima sepanjang 2016 sebesar 28 kargo dan naik pada 2017 menjadi 32 kargo untuk memenuhi kebutuhan sektor ketenagalistrikan.
"Untuk impor LNG, kita belum ada info tapi tidak akan pengaruh ke kinerja Nusantara Regas," katanya.