Bisnis.com, JAKARTA—Wilayah timur Jabodetabek dinilai cocok untuk dibangun bandara baru guna mengantisipasi lonjakan jumlah pengguna jasa angkutan udara di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng yang diprediksi mencapai 100 juta penumpang pada 2025.
Konsultan Penerbangan CommunicAvia Gerry Soejatman mengatakan wilayah timur Jabodetabek dinilai lebih memungkinkan untuk dibangun bandara baru ketimbang di wilayah selatan maupun barat Jabodetabek.
“Selatan dan Barat itu sudah mentok [aksesbilitas]. Jadi alangkah baiknya kalau dibangun di timur. Selain mengantisipasi lonjakan penumpang udara, bandara di timur Jabodetabek ini juga dapat mengurai kepadatan lalu lintas jalan,” katanya, Rabu (01/02).
Gerry menegaskan aksesbilitas menuju bandara menjadi hal yang penting dalam penerbangan sipil. Pasalnya, aksesbilitas yang buruk berpotensi mengganggu kegiatan penerbangan, antara lain seperti keterlambatan penerbangan atau delay.
Selain itu, lanjutnya, keberadaan bandara baru di timur juga bakal mendukung pertumbuhan ekonomi Jabodetabek, dimana cenderung mulai bergerak ke timur, dari sebelumnya berkutat di barat Jabodetabek.
“Cuma memang enggak mudah, lahan yang cocok untuk bandara ini sudah banyak diambil oleh pelaku industri. Oleh karena itu, kalau tidak mulai dari sekarang, lokasi bandara bakal lebih jauh lagi nantinya,” tuturnya.
Gerry berpendapat Jabodetabek memang membutuhkan satu bandara lagi untuk melengkapi Bandara Soekarno-Hatta (BSH). Apalagi, jumlah penumpang sebanyak 100 juta orang diprediksi akan terjadi dalam waktu 8 tahun lagi.
Menurutnya, bandara yang memiliki penumpang hingga 100 juta orang dipastikan akan sulit untuk dikelola oleh operator bandara. Ujung-ujungnya, standar layanan terhadap penumpang akan juga sulit dikejar.
“Bayangkan, seperti apa nantinya lalu lintas menuju bandara. Lalu, luas ruang udara juga akan seperti apa. Jadi memang sudah waktunya memikirkan ini, paling lambat 2-3 tahun itu harus sudah land clearing,” ujarnya.
Gerry menuturkan pembangunan bandara untuk mendampingi Soekarno-Hatta sebenarnya sudah ada, dan masuk dalam tatanan kebandarudaraan untuk mulai beroperasi pada 2020, yakni bandara di Karawang, Jawa Barat.
Namun, sambungnya, entah bagaimana rencana pembangunan bandara di Karawang tersebut justru tidak terdengar lagi, dan digantikan oleh Bandara Kertajati Majalengka, di mana diinisiasi oleh Pemprov Jawa Barat.
“Bandara Kertajati seharusnya buat tambahan saja, karena lokasinya itu jauh banget kalau juga diperuntukkan untuk Jakarta, dan sekitarnya. Jadi, sayang juga kalau Karawang ini tidak ada bandara,” katanya.
Seperti diketahui, PT Angkasa Pura II tengah mengkaji pembangunan Bandara Soekarno Hatta II guna menampung permintaan jasa angkutan udara yang diprediksi melonjak hingga 100 juta penumpang per tahun pada 2025 mendatang.
Presiden Direktur PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan Angkasa Pura II akan melakukan kajian studi kelaikan (feasibility study) terhadap rencana pembangunan Bandara Soekarno Hatta (BSH) II itu.
“Nantinya, kajian ini akan melibatkan banyak pihak, seperti Jasa Marga, pemerintah daerah dan Kementerian Perhubungan selaku otoritas yang memberikan izin kelayakan ruang udara, dan kelayakan penerbangan,” tuturnya.
Awaluddin mengaku pihaknya masih belum memiliki gambaran yang lengkap terkait pembangunan BSH II tersebut, baik dari sisi desain, nilai investasi, waktu pembangunan, hingga lokasi bandara tersebut.
Namun demikian, dia menargetkan hasil kajian studi kelaikan BSH II tersebut akan dilengkapi pada tahun ini, sekaligus meminta izin dari Kemenhub untuk dapat dimasukkan dalam grand desain BSH Cengkareng.
“Yang pasti, adanya rencana pembangunan BSH II ini didasari atas beberapa pertimbangan, dan Kementerian BUMN pun juga sudah meminta kepada Angkasa Pura II untuk dibuatkan kajiannya,” ujarnya.