Bisnis.com, JAKARTA - Perum Perikanan Indonesia (Perindo) memulai pembangunan pabrik pakan ikan dan udang menggunakan sebagian penyertaan modal negara senilai Rp165 miliar
Dua perusahaan pelat merah digandeng, itu yakni PT Hutama Karya (Persero), yang memenangkan tender konstruksi pabrik, dan PT Sang Hyang Seri (SHS) yang meminjamkan aset tanah seluas 4 hektare di Subang untuk lahan pabrik. Pabrik itu akan dibangun di Desa Sukamandi, Kecamatan Sagalaherang.
"“Harapannya, ini satu lagi wujud sinergi BUMN yang baik untuk sama-sama ikut membangun negeri. Skup bisnis kami sekarang masih terlalu kecil dan membutuhkan dukungan sesama BUMN,” kata Direktur Utama Perum Perindo Syahril Japarin dalam siaran pers, Rabu (25/1/2017).
Syahril berharap Perindo dapat kembali memanfaatkan lahan PT SHS untuk budidaya menggunakan sistem bioflock. Menurut dia, masih banyak kegiatan yang bisa disinergikan antar-BUMN, baik bisnis budi daya perikanan atau pemanfaatan lahan tambak maupun pengembangan kawasan Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman di Muara Baru, Jakarta, untuk National Fishery Center (NFC).
Produksi dari pabrik pakan itu diharapkan dapat meningkatkan efisiensi produksi dalam usaha perikanan budi daya oleh para petambak lokal. Perindo berharap dapat berperan menyediakan pakan ikan dan udang yang sebagian masih diimpor. Selain itu, Perindo dapat turut berkontribusi terhadap peningkatan produksi pakan ikan di dalam negeri.
Sebelumnya, Direktur Operasional dan Pemasaran Perindo Dendi Anggi Gumilang menyampaikan kapasitas produksi pabrik pakan 10 ton per jam. Subang dipilih dengan pertimbangan dekat dengan sumber bahan baku, terutama tepung jagung. "Tahun ini konstruksi dan diharapkan akhir 2017 produksi," katanya kepada Bisnis, Senin (26/9/2016).
Soal bahan baku lainnya, seperti tepung ikan, Dendi menjelaskan Perindo memang tak bisa mengandalkan pasokan lokal sepenuhnya sehingga sebagian harus diimpor.
Seperti diketahui, industri pakan ikan dan udang dalam negeri selama ini memiliki ketergantungan impor yang tinggi. karena sekitar 80% bahan baku harus didatangkan dari luar negeri. Selain tepung ikan, bahan baku lainnya, seperti bungkil kedelai, tepung daging dan tulang (meat bone meal), artemia, dan minyak ikan, harus diimpor.
Kandungan impor yang tinggi itulah yang membuat biaya pakan merebut sekitar 80% biaya produksi perikanan budi daya. Harga pakan ikan kini berkisar Rp9.800-Rp11.000 per kg. Biaya produksi yang tinggi, tetapi tidak diikuti dengan permintaan ikan yang tinggi, membuat marjin pembudi daya selama ini tipis.
Jika proyek itu terealisasi, maka Perindo menjadi perusahaan pelat merah pertama yang memproduksi pakan ikan. Pasalnya, produksi pakan ikan dalam negeri selama ini dilakukan oleh pabrik-pabrik swasta.