Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja ekspor Jepang berhasil rebound bulan lalu, didorong oleh meningkatnya permintaan global serta lonjakan pengiriman ke China. Kenaikan tersebut membawa surplus perdagangan untuk bulan keempat berturut-turut.
Seperti dilansir Bloombers (Rabu, 25/1/2017), ekspor Jepang naik 5,4% pada Desember 2016 dibandingkan dengan setahun sebelumnya, mematahkan rentetan penurunan selama 14 bulan sebelumnya.
Angka tersebut lebih tinggi dari prediksi rata-rata para ekonom dalam survey Bloomberg dengan kenaikan ekspor sebesar 1,1%.
Pada saat yang sama, kinerja impor turun 2,6% sehingga surplus perdagangan pada Desember mencapai nilai 641,4 miliar yen (US$5,6 miliar). Sementara itu, nilai ekspor ke China mencetak rekor sebesar 1,3 triliun yen.
Kenaikan pada ekspor membantu upaya PM Shinzo Abe untuk menghidupkan kembali ekonomi Jepang serta idealnya berkontribusi terhadap laba korporasi dan kenaikan upah.
Namun Jepang saat ini menghadapi ketidakpastian akan masa depan perdagangannya, termasuk potensi batasan perdagangan AS. Presiden Donald Trump awal pekan ini menandatangani perintah eksekutif untuk menarik AS dari perjanjian Trans-Pacific Partnership yang turut melibatkan Jepang.
"Kenaikan pertama pada nilai ekspor dalam lebih dari setahun mencerminkan kombinasi naiknya volume ekspor dan depresiasi yen akhir-akhir ini,” ujar Marcel Thieliant, senior Japan economist di Capital Economics, dalam risetnya.
Jumlah ekspor ke AS naik 1,3% pada Desember dibandingkan setahun sebelumnya, sementara ekspor ke Uni Eropa turun 04% dan China – mitra dagang terbesar Jepang - melonjak 12,5%.