Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Komoditas Masih Tinggi, Pemerintah Diminta Perkuat Penghiliran

Pelaku usaha memprediksi kegiatan ekspor Indonesia masih akan bergantung pada komoditas ketimbang barang industri akibat masih tingginya impor bahan baku.n
Hariyadi Sukamdani/Antara
Hariyadi Sukamdani/Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha memprediksi kegiatan ekspor Indonesia masih akan bergantung pada komoditas ketimbang barang industri akibat masih tingginya impor bahan baku.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan pemerintah perlu serius dalam menggarap program penghiliran industri agar ekspor bisa mengandalkan ekspor produk industri yang bernilai tambah.

“Sepertinya pada 2017 masih bergantung [komoditas], karena kalau melihat industri yang baru masuk relatif bahan bakunya masih impor, jadi pendalaman industrinya atau penghilirannya relatif lebih sedikit, mungkin 2018 mulai kelihatan,” ujarnya kepada Bisnis.com, Minggu (18/12/2016).

Namun, dia optimistis sektor seperti perikanan serta makanan dan minuman dapat menjadi sektor andalan bagi ekspor. Untuk itu, pemerintah perlu meningkatkan promosi kepada investor untuk menanamkan modalnya di Tanah Air sehingga industri hulu ke hilir bisa terbangun.

Menurutnya, kendati pendidikan vokasi sudah baik, pemerintah perlu merencanakan kesempatan kerja yang bisa didapat murid yang telah selesai menerima pelatihan vokasi.

“Pendidikan vokasi bagus, Apindo dan Kadin juga sudah punya programnya. Tapi pertanyaannya, mau kerja di mana setelah pendidikan? Pemerintah harus memikirkan hal ini,” terangnya.

Kementerian Perindustrian membidik posisi nomor 15 pada Global Manufacturing Competitiveness Index pada 2017 atau naik dari posisi 19 tahun ini dengan menekankan pendidikan vokasi untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Berdasarkan Global Manufacturing Competitiveness Index yang dilakukan oleh oleh Deloitte Touche Tomatsu Limited (DTTL) menempatkan Indonesia berada pada posisi 19 dari  40 negara pada 2016.

Peringkat tersebut memperlihatkan bahwa ranking Indonesia masih di bawah negara seperti Singapura nomor 10, Thailand nomor 14, Malaysia nomor 17, dan Vietnam nomor 18. 

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian Haris Munandar mengatakan produktivitas tenaga kerja Indonesia dari segi PDB masih kalah dengan Singapura, Thailand, dan Malaysia, maka melalui program vokasi diharapkan dapat mengerek daya saing industri manufaktur Indonesia di kelas Asean.   

“Pada 2020, Kami harapkan bisa lebih baik. [Ranking] Indonesia bisa di antara sampai 15 atau 13. Tapi memang harus ada intervensi dari pemerintah, salah satunya dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja menyangkut aspek talenta, maka kami dorong vocational training,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper