Bisnis.com, BANDUNG - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengisi kuliah umum di Universitas Padjadjaran Bandung dengan mengangkat tema "Kenali Anggaran Negeri: Membangun Fondasi Demi Pertumbuhan yang Lebih Berkelanjutan".
Sri Mulyani tiba di Grha Sanusi Hardjadinata di hadapan ratusan mahasiswa dan civitas akademika Universitas Padjadjaran (Unpad) sekitar pukul 14.30 WIB setelah dikabarkan menggunakan moda transportasi kereta api dari Jakarta.
Dalam pemaparannya, dia menjabarkan upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan dengan tujuan memberantas kemiskinan, mengurangi kesenjangan, serta meningkatkan produktivitas dan daya saing.
"Salah satu instrumen kebijakan untuk mencapai tujuan itu adalah melalui APBN atau kebijakan fiskal. Instrumen yang penting," katanya dalam kuliah umum, Selasa (29/11/2016).
Menurutnya, kondisi saat ini semakin banyak APBN yang sudah dikapling hampir seluruhnya, sehingga yang tertinggal sisa ruang anggaran yang terbatas. "Maka kemampuan dari kebijakan fiskal untuk melakukan manuver akan terbatas."
Dia mengakui masih ada gap antara pendapatan dan anggaran, mengingat pendapatan negara sebesar Rp1.786,2 triliun sedangkan belanja negara mencapai Rp2.082,9 triliun, sehingga pemerintah masih harus menggunakan utang.
"Uutang memang sebaiknya tidak terlalu besar, tetapi jika digunakan untuk stimulus ekonomi saat diperlukan, itu akan berdampak positif," ujarnya.
Sri Mulyani menekankan pentingnya penerimaan pajak sebagai sumber pendapatan negara yang saat ini masih mendominasi dibanding penerimaan non-pajak. Penerimaan pajak mencapai Rp1.355,2 triliun, bea dan cukai sebesar Rp184 triliun, PNBP sebesar Rp245,1 triliun.
"Kalau tidak mau bayar pajak, pemerintah diminta jangan berhutang, belanja tidak mau ditekan, solusinya cuma satu yaitu Dimas Kanjeng," candanya yang menyulut tawa.