Bisnis.com, JAKARTA – Setelah huru-hara politik menenggelamkan perkembangan program tax amnesty dalam dua pekan terakhir, Presiden Joko Widodo akan kembali mendorong wajib pajak untuk memanfaatkan amnesti pada periode II.
Kepala Negara segera melakukan rangkaian sosialisasi bagi wajib pajak, dengan tujuan utama meningkatkan jumlah repatriasi yang saat ini terbilang rendah.
Sosialisasi oleh Presiden akan dimulai Jumat, (25/11/2016) ke sejumlah kota besar di Jakarta, seperti Makassar, Balikpapan, dan kembali diadakan di Jakarta.
“Kami akan terus panggil, panggil, panggil. Dan targetnya itu betul sesuai dengan yang kita inginkan, terutama repatriasi kan masih kecil,” katanya, di Jakarta, Kamis (24/11/2016).
Sejauh ini, dia menilai efek program tax amnesty mulai terasa salah satu indikatornya adalah meningkatkan cadangan devisa (cadev) negara.
"Cadev bisa kita lihat melonjak kira-kira dari US$100 juta di awal tahun sekarang jadi US$115 juta. Ini sebuah lonjakan tajam, penyebabnya antara lain karena capital iflow dan tax amnesty," jelasnya.
Dia mengatakan pemerintah telah menyiapkan rencana lanjutan pada periode III agar amnesti pajak dapat dimanfaatkan oleh wajib pajak orang pribadi UMKM maunpun badan usaha UMKM.
Dilansir dari laman amnesti pajak (24/11/2016), sebanyak 84,8% komposisi uang tebusan senilai Rp94,9 triliun masih didominasi oleh wajib pajak orang pribadi non UMKM.
Sementara itu, kontribusi wajib pajak orang pribadi UMKM hanya 3,89% dan badan usaha UMKM sebesar 0,24%. Sampai program berakhir, pemerintah menargetkan uang tebusan dapat mencapai Rp165 triliun.
Adapun, nilai repatriasi masih terbilang rendah yakni Rp143 triliun atau hanya 3,62% dari total deklarasi harta luar negeri maupun dalam negeri sebanyak Rp3.945 triliun.
"Periode ketiga kita akan mengejar UKM untuk berbondong ikut tax amnesty. Jadi di sana-sini masih banyak cerita adanya aset yang ketinggalan, yang belum bisa masuk ke dalam program tax amnesty, ini yang akan terus kita dorong," ujarnya.
Presiden Joko Widodo menegaskan kepada para investor bahwa roda perekonomian berjalan normal, meskipun stimulus eksternal pascaterpilihnya Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan situasi politik terkait Pilgub DKI menghangatkan pasar dalam dua pekan terakhir.
“Kalau dua-tiga minggu lalu saya masih naik kuda karena dinamika politik yang memanas, sekarang harus balik lagi. Fokus, konsentrasi pada persoalan yang akan menjadi target ktia semua,” jelasnya.