Bisnis.com, JAKARTA—Pelemahan okupansi ruang perkantoran yang terjadi di kawasan pusat niaga atau central business district (CBD) Jakarta sejak 2015 terus berlanjut. Pelemahan terpantau relatif merata di setiap kelas perkantoran CBD.
Senior Manager PT Jones Lang LaSalle (JLL) James Taylor mengatakan, sepanjang kuartal ketiga lalu, penyerapan aktif terhadap perkantoran di CBD terjadi hanya di kelas B. Namun, di kuartal sebelumnya, kelas B telah tertekan sangat dalam akibat relokasi penyewa ke kelas yang lebih tinggi.
Meski begitu, dibandingkan kelas lainnya, okupansi perkantoran CBD kelas B relatif lebih tinggi. JLL mencatat, okupansi ruang perkantoran CBD di akhir kuartal ketiga lalu masing-masing adalah, kelas premium 79%, kelas A 72%, kelas B 90%, kelas C 90%, dan rata-rata seluruh kelas 84%.
Tren okupansi secara konsisten melemah sejak kuartal pertama 2015. Namun, JLL memperkirakan tingkat okupansi yang sudah terjadi saat ini relatif akan bertahan hingga 2020 atau tidak akan melemah lebih dalam lagi.
Hal ini diperkirakan seiring dengan pemulihan permintaan yang akan terjadi mulai tahun depan. JLL memproyeksikan, penyerapan tahun depan akan meningkat tiga kali lipat dari tahun ini yang diperkirakan berkisar pada 70.000 m2. Peningkatan tersebut relatif stabil hingga 2020.
“Kami melihat okupansi akan stabil selama periode 2017 hingga 2019. Meskipun terdapat kelanjutan penurunan harga dan tingkat hunian di pasar perkantoran, tingkat serapan dan permintaan mulai mengindikasikan adanya peningkatan walaupun belum signifikan,” katanya dalam risetnya, dikutip Minggu (6/11/2016).
Hal yang sama ditunjukkan pula oleh riset Colliers International Indonesia. Secara umum okupansi ruang perkantoran di CBD melemah 1% selama kuartal ketiga lalu, dari 85,6% menjadi 84,6%. Bila dibandingkan kondisi akhir tahun lalu, okupansi kantor CBD telah melemah 4,8%.
Aksi relokasi dengan penyusutan ruang sewa mendominasi aktivitas penyewaan kantor sepanjang kuartal ketiga yang lalu. Relokasi Bank Danamon meninggalkan ruang kosong yang luas di Jalan DR. Satio dan Jalan Rasuna Said.
Sebuah perusahaan multinasional yang memproduksi alat elektronik seperti printer, scanner, dan proyektor berpindah dari Jalan Sudirman ke Jalan TB Simatupang. Perpindahan lainnya terjadi dari perusahaan perbankan dan asuransi, sebagian keluar CBD, sebagian masih di dalam area CBD.
“Relokasi besar Citibank ke TB Simatupang juga turut mengkontribusi tingkat okupansi total di CBD sedikit turun menjadi 84,6% secara kuartalan,” tulis riset Colliers, dikutip Kamis (3/11/2016).
Semua kelas gedung perkantoran di CBD menunjukkan tren penurunan okupansi yang sama sepanjang kuartal ketiga lalu. Meski demikian, kelas premium dan kelas A masih dapat mempertahankan tingkat okupansi tetap stabil dibandingkan kuartal sebelumnya.
“Pertambahan pasokan yang tinggi ditambah pertumbuhan sentimen bisnis diharapkan akan mendorong persaingan sengit di antara gedung perkantoran untuk menarik penyewa, setidaknya hingga akhir 2016,” tulis Colliers.
Sejumlah gedung baru dan gedung-gedung di masa mendatang yang akan masuk dari kelas A dan premium tampaknya akan menekan harga sewa demi menarik penyewa. Hal ini tentu akan memberikan para penyewa pilihan yang luas terhadap ruang perkantoran yang kualitasnya lebih baik dengan harga lebih terjangkau di masa mendatang.
Perubahan Okupansi di CBD Jakarta (%)
Kelas Ruang Kantor | Q4 2015 | Q1 2016 | Q2 2016 | Q3 2016 |
Premium | 88,5 | 89,4 | 87,4 | 87,4 |
Kelas A | 85,5 | 84,7 | 79,4 | 79,8 |
Kelas B | 94,7 | 93,1 | 93,2 | 91,3 |
Kelas C | 90,7 | 90,8 | 89,3 | 85,5 |
Rata CBD | 89,4 | 88,6 | 85,6 | 84,6 |
Sumber: Colliers International Indonesia, Oktober 2016