Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Gas Tinggi Jadi Ancaman, Industri Pupuk Minta Turun ke US$4 per MMbtu

Para pelaku usaha di industri pupuk Indonesia mendesak pemerintah pusat menurunkan harga gas industri ke US$4 per million metrc British thermal unit (MMbtu) sehingga dapat mendongkrak daya saing industri dalam negeri.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, SEMARANG - Para pelaku usaha di industri pupuk Indonesia mendesak pemerintah pusat menurunkan harga gas industri ke US$4 per million metrc British thermal unit (MMbtu) sehingga dapat mendongkrak daya saing industri dalam negeri.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) Dadang Heru Kodri memaparkan harga gas industri saat ini US$6,2 per MMbtu. Dengan angka itu, katanya, dikhawatirkan akan mengancam industri dalam negeri.

Menurutnya, pengusaha mengkhawatirkan gas dari luar negeri akan masuk ke Indonesia yang menyebabkan industri pupuk kian tidak berdaya saing. Dadang menerangkan penurunan harga gas industri akan berpengaruh pada pengurangan subsidi pupuk.

“Harga gas mestinya dipengaruhi harga minyak bumi. Kalau mintak bumi turun, ya harga gas harus turun. Idealnya harga gas industri US$4 per MMbtu,” paparnya saat ditemui Bisnis d isela-sela Lokakarya Media SKK Migas–KKKS Jabanusa, Rabu (2/11/2016).

Dia mengatakan gas untuk industri pupuk berkontribusi sekitar 80% terhadap biaya produksi. Menurut Dadang, industri pupuk membutuhkan gas untuk keperluan bahan baku untuk diproses dan menghasilkan amoniak dan urea, bukan sebagai bahan bakar.

Jika harga gas bertengger diangka US$6, katanya, laba perusahaan akan tergerus dan kebutuhan pupuk dalam negeri akan terus berkurang. “Kami sudah sampaikan kepada kementerian terkait. Ada surat resmi tuntutan penurunan harga gas,” paparnya.

Kendati belum tahu berapa kepastian penurunan harga gas industri, Dadang mendapatkan informasi tarif harga gas industri terbaru akan diberlakukan Januari 2017.

Pihaknya menginginkan penurunan harga gas akan memacu kapasitas produksi pupuk yang sampai sekarang mencapai 9 juta ton. Dengan kapasitas itu, katanya, tidak sedikit petani kelabakan untuk mendapatkan pupuk tersebut.

Dadang menjelaskan kapasitas produksi pupuk semestinya bisa mencapai angka 14 juta ton guna memenuhi kebutuhan para petani se-Indonesia.

3 SKENARIO

Di sisi lain, data Kementerian Perindustrian menunjukkan 10 sektor industri pengguna gas membutuhkan pasokan gas sebanyak 2.230 MMscfd pada harga rata-rata (di luar pasokan feed stock) US$9,5 per MMBtu.

Usulan itu terdiri dari tiga skenario dampak penurunan harga gas terhadap penerimaan negara berdasarkan kajian LPEM UI.

Tiga skenario tersebut adalah penurunan harga rata-rata gas menjadi US$4 per MMbtu yang diperkirakan memberikan tambahan penerimaan negara Rp31,97 triliun, harga rata-rata gas US$5 per MMbtu memberikan tambahan penerimaan Rp26,64 triliun, dan harga rata-rata gas US$6 per MMbtu yang memberikan tambahan penerimaan Rp21,32 triliun.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah segera menurunkan harga gas sesuai amanat kebijakan yang diputuskan Presiden Jokowi. Kemenperin mengajukan usulan penurunan harga gas ke harga lebih rendah dari US$6 per MMbtu.

Menperin mengatakan industri pengguna gas harus menindaklanjuti penurunan harga gas dengan investasi, terutama membangun pabrik yang bisa memperkuat struktur industri petrokimia.

Dia mengungkapkan dalam 15 tahun terakhir belum ada pembangunan industri petrokimia baru di Indonesia padahal permintaan atas produk hilir petrokimia meningkat tajam.

Anggota Komisi VII DPR RI Satya W. Yudha menjelaskan harga gas industri sebenarnya bisa diturunkan dari angka yang berlaku sekarang. Namun yang perlu diperhatikan yakni tidak ada permainan harga di tingkat hilir.

“Saya khawatir ada broker yang bermain. Kalau sudah seperti itu, harga gas tidak terkontrol. Nah, kalau mau menggunakan Perpres, perlu ada aturan turunan yang mengatur soal itu,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Khamdi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper