Bisnis. com, JAKARTA– Hubungan antara Rusia dan AS mencapai titik terburuk sejak Perang Dingin dan semakin memuncak belakangan ini setelah Washington mendorong pembicaraan tentang Suriah dan menuduh Rusia turut membantu serangan.
Rusia bahkan memerintahkan semua pejabatnya untuk memulangkan anggota keluarga mereka yang saat ini tinggal di luar negeri, di tengah meningkatnya potensi perang global yang dipicu ketegangan antara Rusia dan AS.
Kondisi tersebut tentunya tidak lepas dari pantauan pasar.
Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede mengatakan jika kondisi ekonomi global memburuk, akibat perang dingin Rusia dan AS, tentunya akan meningkatkan risiko
“Safe haven akan menguat. Berdampak pada soft currency, termasuk rupiah. (Bakal tertekan),” kata Josua saat dihubungi hari ini, Kamis (13/10/2016).
Dia mengatakan memang saat ini pengaruhnya belum dominan di pasar, dibandingkan sentimen kemungkinan kenaikan Fed rate dan dipercepatnya keluar Inggris dari Uni Eropa (Brexit).
Namun, pasar diprediksi akan memburu safe haven, antara lain beralih membeli emas, dolar AS, dan yen.
“Saya pikir belum cukup dominan pengaruhi pasar. Tiga komoditas (safe haven) itu akan bertahan di kondisi ini,” kata Josua.