Bisnis.com, PEKALONGAN – Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri menyatakan persaingan industri batik saat ini bukan lagi modal finansial semata, melainkan bergeser pada persaingan modal sumber daya manusia atau human capital.
"Jadi sekarang bergeser pada persaingan ide dan kreatifitas sumber daya manusia. Inilah kekuatan batik Indonesia yang menghadirkan karya yang unik," paparnya di sela sela acara penutupan Pekan Batik Nusantara di Museum Pekalongan, Minggu, (9/10/2016) malam.
Batik, lanjutnya, merupakan industri kreatif khas Indonesia yang terbukti member nilai ekonomi yang besar bagi masyarakat. Di era pasar global, banyak negara lain mencoba mengambil ceruk industri ini di Indonesia. Di pasaran misalnya, ditemui batik printing produksi China.
Orang di luar negeri, imbuhnya, hampir tidak percaya ada ribuan orang dalam waktu yang sama, memakai batik tapi dengan motif beragam dan tidak sama. “Ini hebatnya batik Indonesia yang tak dimiliki negara lain,” papar politisi muda PKB ini.
Hal lain yang perlu ditingkatkan, lanjutnya, adalah penggunaan e-commerce atau sistem penjualan online. Model penjualan online terbukti lebih mudah serta tak terbatas ruang dan waktu.
Hanif mengatakan, untuk menjaga batik Indonesia tetap unggul di pasar global, adalah dengan kreatifitas. “Kuncinya kreatifitas. Perajin batik harus terus inovatif menciptakan motif yang unik, yang susah ditiru,” ucapnya.
Dia meminta kepada pelaku industri batik agar meningkatkan edukasi kepada masyarakat bahwa pengertian batik adalah yang dibuat dengan tangan (batik tulis), dengan cap (batik cap) atau campuran tangan dan cap (batik kombinasi). Adapun yang dibuat dengan printing, seperti produksi China, sejatinya bukan batik, hanya menyerupai batik.
Industri batik mampu memberikan kontribusi pada perekonomian nasional. Data Kementerian Perindustrian menunjukkan, pada 2015 terdapat 47.755 unit Industri Kecil Menengah (IKM) batik di seluruh Indonesia. Dari IKM yang ada mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 199.444 orang dan terus berkembang setiap tahun.
Wali Kota Pekalongan Alf Arslan Djunaid mengatakan industri batik di wilayahnya sangat banyak, yang menyebabkan harga tidak kompetitif.
Pihaknya mengakui daerah dari luar Jawa kerap menimba ilmu tentang batik di wilayahnya serta praktik membatik kepada sejumlah pengrajin. "Sekarang, memang harus mengarah penjualan melalui online. Mereka bisa menjual batik ke dalam dan luar negeri secara mandiri".