Bisnis.com, JAKARTA - Daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) terus meningkat. Pemerintah optimistis peningkatan ketersediaan kawasan industri bisa mempercepat realisasi investasi di sektor manufaktur.
Laporan Global Investment Trends Monitor yang dirilis Badan PBB untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) memperkirakan arus investasi langsung global akan merosot 10%-15% pada 2016. Namun, aktivitas investasi langsung diproyeksikan kembali tumbuh 7% pada 2017 dan tumbuh 8% pada 2018.
Laporan yang sama menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara tujuan utama investasi menurut petinggi perusahaan-perusahaan multinasional.
Indonesia menjadi pilihan 8% dari para bos perusahaan multinasional yang disurvei UNCTAD sebagai lokasi investasi paling prospektif. Posisi Indonesia dalam negara tujuan investasi paling atraktif naik dari perkingkat 14 pada survei 2014 menjadi peringkat kesembilan pada survei 2016.
Laporan tersebut juga menunjukkan minat investasi yang tinggi ke sektor manufaktur. Sekitar 57% pelaku bisnis global menyatakan arus investasi ke sektor manufaktur akan naik pada 2017, dibandingkan dengan sektor primer (20%) dan sektor jasa (51%).
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan peningkatan jumlah kawasan industri membuat Indonesia semakin siap menerima aliran investasi ke sektor manufaktur.
Ketersediaan kawasan industri yang lengkap dengan infrastruktur penunjang adalah solusi dari permasalahan lahan yang sebelumnya kerap dihadapi oleh investor baru (greenfield).
“Pemerintah menawarkan kawasan industri yang siap, baik secara infrastruktur hard seperti pelabuhan dan akses soft infrastructure seperti gas dan listrik, di Dumai, Jabodetabek, Kendal, Gresik, dan Bontang,” katanya kepada Bisnis pada Minggu (9/10/2016).
Airlangga berharap semakin banyak investasi mengalir ke sektor industri antara dan hilir yang dinilai berpotensi memperkuat struktur industri manufaktur di Tanah Air.
Dia mengatakan beberapa sektor industri antara dan hilir yang potensial adalah indsutri stainless steel, industri komponen otomotif, industri pangan, industri petrokimia, industri oleokimia, industri garmen, industri furnitur, dan industri digital.
“Khusus buat sektor industri hulu dan industri agro yang berinevstasi di atas Rp1 triliun ada potensi mendapatkan fasilitas tax allowance,” kata Menperin.