Bisnis.com, JAKARTA -- Wacana penurunan harga gas bagi industri diklaim mampu memicu minat investasi di sektor petrokimia dan amonia.
Staf Ahli Sumber Daya Industri Kementerian Perindustrian Dyah Winani Poedjiwati mengatakan sejak bergulirnya rencana pemerintah untuk menurunkan harga gas tiga proyek petrokimia dan amonia direncanakan dibangun di beberapa lokasi.
Seperti diketahui, pada Oktober 2015, pemerintah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi jilid III untuk menurunkan harga gas bagi industri tertentu maksimum sebesar US$2 per MMBtu bagi harga gas yang melebihi US$8 per MMBtu. Kendati kebijakan tersebut muncul sejak tahun lalu, beleid yang mengakomodasi kebijakan tersebut diterbitkan pada Mei 2016.
Adapun, melalui Peraturan Presiden No.40/2016 tujuh industri seperti pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, kaca dan sarung tangan seharusnya sudah menikmati diskon harga gas. Kenyataannya, hingga Oktober realisasinya belum terlihat justru terdapat industri lain yang mengantre mendapat gas murah.
Presiden Joko Widodo pun memberi tenggat kepada kementerian terkait selama dua bulan untuk menyesuaikan harga gas hilir menjadi US$6 per MMBtu. Merespons pernyataan pemerintah, pelaku usaha di sektor industri siap meraup keuntungan atas kebijakan harga gas murah.
Paling tidak, terdapat tiga industri yang siap terbangun. Pertama, industri petrokimia dan olefin di Teluk Bintuni, Papua; industri amonia di Banggai, Sulawesi Tengah serta petrokimia di Masela, Maluku meski pasokan gasnya belum diketahui berasal dari mana.
"Pabrik amonia dan petrokimia berbasis gas di Teluk Bintuni, Banggai dan Masela," ujarnya dalam acara seminar Penurunan Harga Gas Industri untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi Nasional di Jakarta, Kamis (6/10/2016).
Pelaku usaha seperti PT Pupuk Indonesia dan Ferostaal siap membangun industri petrokimia dan olefin di Teluk Bintuni dengan nilai investasi sebesar US$4,12 miliar.
Sementara, di Banggai, Sulawesi Tengah industri amonia yang saat ini memasuki tahap kontruksi membutuhkan investasi sebesar US$744 juta dan diharapkan selesai pada 2017. Selain itu, industri petrokimia siap terbangun di Masela dengan investasi sebesar US$3,9 miliar.
Menurutnya, pembangunan industri berbasis gas diharapkan bisa mendorong pertumbuhan industri di Indonesia Timur. Sebagai imbasnya, bisa memberi tambahan pendapatan daerah sebesar Rp590 miliar.
"Menambah pendapatan daerah 590 miliar. Diharapkan mendorong persebaran industri di Indonesia Timur."