Bisnis.com, JAKARTA- PT Wijaya Karya Beton mengantongi pendapatan hingga Rp188 miliar dari proyek pengaman pantai tahap dua paket dua di Kali Baru sepanjang 2,2 kilometer. Dalam proyek ini, WTON memperkenalkan teknologi baru bernama inner boreyang dapat mempercepat pelaksanaan.
Proyek yang menjadi bagian dari Fase A National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) ini dikerjakan oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk KSO PT SAC Nusantara sebagai kontraktor pelaksana, dengan nilai total kontrak Rp405 miliar yang bersumber dari APBN Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Direktur Keuangan WTON Entus Asnawi mengatakan dalam proyek ini, WTON tidak hanya menyuplai material tiang pancang, tetapi juga sekaligus menjual jasa pemasangannya. Hal tersebut karena pemancangan tiang menggunakan teknologi inner bore ini diklaim relatif baru di Indonesia dan dapat mempersingkat waktu pelaksanaan.
“Kita sekarang mulai menjual jasa pemasangan produk Wika Beton, karena kadang di tempat tertentu, memasang [pondasi] itu jauh lebih mahal dari produknya,” ujarnya saat kunjungan lapangan dengan media, Selasa (04/10/2016).
Dengan teknologi ini, tiang pancang yang diproduksi oleh WIKA Beton dipasang dengan cara melubangi tanah bagian tengah tiang pancang (spun pile) oleh bor yang mampu mengembang ketika berada di dalam tanah. Tanah hasil pengeboran ke luar melalui bagian atas tiang dan ditampung dengan alat yang berada di bawah permukaan laut.
Bersamaan dengan proses pengeboran, spun pile sepanjang 24 meter masuk dengan cara ditekan hingga tersisa sekitar 3 meter di atas permukaan laut. Estimasi waktu yang diperlukan untuk proses ini mencapai 15 menit untuk satu spun pile.
Dia menjelaskan, total 1.632 tiang pancang akan dipasang, pihaknya telah memasang sebanyak 116 tiang pondasi dengan teknologi inner bore. Sistem emancangan dengan teknologi ini tidak menghasilkan getaran dan suara yang berisik (low noise), dan mampu memancang hingga dua kali lebih cepat bila dibandingkan dengan teknologi konvensional.
Entus memaparkan, Wika Beton mengadopsi teknologi ini dari Jepang, dengan melakukan transfer pengetahuan dan teknologi terhadap insyur lokal. Pada awalnya, perseroan mengirimkan insinyur WTON untuk magang di proyek konstruksi yang menggunakan teknologi inner bore ini, sehingga mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru dalam operasionalnya.
Menurutnya, perusahaan menginvestasikan dana hingga Rp160 juta untuk membeli empat unit perlengkapan dan alat inner bore dari Jepang. Keempat alat tersebut telah diujicobakan di pabrik perseroan guna menyesuaikan dengan struktur tanah yang ada di Indonesia.
“Dalam satu hari kita bisa memasang empat sampai lima spun pile. Harapannya dengan begitu kita bisa mempercepat waktu pelaksanaan empat bulan lebih cepat dari target,” ujarnya.
Corporate Secretary WTON Puji Haryadi mengatakan sebelumnya perseroan pernah menggunakan teknologi yang sama dalam proyek pembangunan Rumah Sakit St.Carolus Jakarta. Namun, teknologi inner bore ini baru pertama kali dilakukan pada proyek yang berada di atas laut.
“Kita sudah quality control di Pabrik Lampung Selatan untuk menjamin kualitas, dan memberikan rekomendasi pada konsultan perencana bahwa teknik ini tepat digunakan,” ujarnya.
Dia mengatakan, masih ada potensi proyek lainnya yang dapat dikerjakan dengan teknologi ini, mengingat proyek pengaman pantai Jakarta memiliki total panjang hingga 60 kilometer. Di sisi lain dia mengatakan WTON diuntungkan karena memiliki hak eksklusif selama lima tahun dengan perusahaan Jepang penyedia teknologi ini.