Bisnis.com, JAKARTA- Samuel Sekuritas Indonesia menilai inflasi tahunan pada September 2016 yang naik ke 3,07%, akibat deflasi pangan yang justru berkurang.
“Itu sedikit lebih tinggi dari perkiraan kami (3,0% YoY) dan konsensus (3,05% YoY),” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Selasa (4/10/2016).
Dikemukakan panen yang dimulai lebih cepat akibat curah hujan tinggi di musim kemarau, menjadi pemicu rusaknya siklus inflasi pangan rendah di setiap bulan September.
Pencapaian uang tebusan tax amnesty yang tinggi, bisa mengurangi urgensi dipangkasnya subsidi. Tetapi naiknya harga minyak mentah dipastikan menyumbang inflasi.
“Ekspektasi inflasi 2016 masih di 3,3% YoY sementara di 2017 inflasi diperkirakan naik ke 4,5% YoY,” kata Rangga.
Dia mengatakan la nina dan musim panen juga mempengaruhi.
La niña yang muncul semenjak Juni 2016, memicu hujan lebat di sepanjang musim kemarau. Sehingga banyak petani yang menyelesaikan panennya lebih cepat dari jadwal normal. Terutama untuk menghindari dampak banjir.
Selain manajemen pangan oleh pemerintah dan dampak pemangkasan harga BBM, mungkin ini juga jadi penyebab inflasi pangan bulanan yang sangat rendah di Juli-Agustus 2016.
“Itu juga yang sebabkan deflasi harga pangan justru menipis di September 2016. Curah hujan tinggi diperkirakan masih akan terjadi hingga Maret 2017,” kata Rangga.