Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri pengolahan rumput laut Indonesia harus berjuang memperebutkan pasar ekspor meskipun mayoritas pasokan bahan baku global berasal dari negeri sendiri.
Manajer Pengembangan Pelanggan CV Karagen Indonesia, Andreas Yuwono, mengatakan perusahaannya kerap harus bersaing ketat dengan pembeli rumput laut dari luar negeri.
Industri pengolahan rumput laut luar negeri, khususnya China, mampu mendapatkan rumput laut pada tingkat harga yang lebih rendah karena membeli pada volume yang jauh lebih besar.
Pabrik Karagen Indonesia yang berlokasi di Indonesia bisa memproduksi hingga 80 ton karagenan per bulan. Pasokan rumput laut bagi proses produksi datang dari Madura, Bali, dan Nusa Tenggara.
“Mereka mengambil dalam jumlah yang sangat besar. Kadang-kadang kami kalah di harga karena bargain power mereka. Teknologi yang mereka gunakan juga lebih canggih hingga rendemennya bisa lebih besar,” katanya kepada bisnis, Senin (26/9/2016).
Andreas menjelaskan perbedaan skala produksi dan teknologi pengolahan membuat industri pengolahan rumput laut di China bisa memasarkan produk pada tingkat harga yang lebih rendah dibandingkan industri Indonesia yang lebih dekat ke sumber bahan mentah.
Karagen Indonesia juga mengandalkan permintaan ekspor sebagai pasar utama. Tujuan ekspor terbesar perusahaan adalah industri makanan hewan di Australia dan industri pengolahan susu di Malaysia. Adapun pembeli di Indonesia yang berkisar 30% dari penjualan perusahaan menggunakan produk karagenan dalam produksi daging olahan dan jeli.