Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Akan Buat Daftar Baru Kawasan Industri Prioritas

Pemerintah rencananya akan membuat daftar baru kawasan industri prioritas menggantikan daftar sebelumnya yang terdiri 14 kawasan industri di luar Jawa.
Petugas keamanan berjaga di salah satu Pusat Logistik Berikat (PLB) di Indonesia di Kawasan Industri Krida Bahari, Cakung, Jakarta Utara, Kamis (10/3/2016)./Antara-Widodo S. Jusuf
Petugas keamanan berjaga di salah satu Pusat Logistik Berikat (PLB) di Indonesia di Kawasan Industri Krida Bahari, Cakung, Jakarta Utara, Kamis (10/3/2016)./Antara-Widodo S. Jusuf

Bisnis.com, Jakarta -  Pemerintah rencananya akan membuat daftar baru kawasan industri prioritas menggantikan daftar sebelumnya yang terdiri 14 kawasan industri di luar Jawa.

Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri, Kementerian Perindustrian, Imam Haryono mengatakan penyusunan daftar yang baru  itu berdasarkan kesiapan pengembang kawasan dan potensi kawasan industri tersebut siap beroperasi dalam tiga tahun ke depan.

Namun, kata dia, perubahan kawasan industri prioritas itu tidak berarti pengembangan di kawasan industri yang lama berhenti.  Pemerintah tetap memonitor dan mendukung pengembangan kawasan industri di seluruh Indonesia.

Imam mengakui tidak semua rencana pengembangan kawasan industri berjalan lancar sesuai rencana. Pengembangan sebagian kawasan industri mandek karena permasalahan lahan hingga permasalahan perubahan komitmen pemerintah daerah.

“Kawasan industri yang sebelumnya jadi prioritas tetap berjalan. Ada yang sudah berkembang, ada juga yang memang belum ada perkembangan. Hanya saja anggaran yang semakin kecil mengharuskan kami mengevaluasi lagi,” kata Imam kepada bisnis, Minggu (25/9/2016).

Imam menegaskan tidak semua kawasan industri yang berada di dalam daftar lama belum siap atau tidak berkembang. Beberapa kawasan industri justru telah melayani pabrik-pabrik yang sudah beroperasi komersial.

“Kawasan industri Morowali misalnya sudah berjalan. Sudah ada anchor industry yang beroperasi. Ada investor besar dari China. Kami pilih industri lain yang dinilai intervensi pemerintah dan prospektif,” kata Imam.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper