Bisnis.com, JAKARTA - Pengelolaan geopark saat ini masih terkotak-kotak sehingga menyulitkan pengembangan sesuai standar internasional dan layak menjadi Unesco Global Geopark.
Keterangan resmi yang disiarkan Humas Kemenko Maritim, Minggu (25/9/2016), memaparkan Kementerian Pariwisata menangani sektor pariwisata saja. Sementara itu, Badan Geologi Kementerian ESDM yang selama ini menjadi pengawal pengelolaan geopark lebih fokus pada konservasi dan karakter geologis area.
"Diperlukan suatu dasar hukum atau perangkat kebijakan yang bertanggungjawab dan memiliki kewenangan koordinatif. Diharapkan perangkat hukum ini bisa menjadi acuan pengelolaan dan pengembangan geopark Indonesia sesuai standar internasional dan layak menjadi UNESCO Global Geopark," demikian isi siaran pers itu.
Peran Kemenko Maritim terkait penyusunan perangkat kebijakan geopark menjadi signifikan, karena Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pariwisata, Kementerian ESDM, dan Kementerian Perhubungan berada dalam koordinasi Kemenko Maritim.
Tantangan lainnya, akses tranportasi menuju lokasi geopark masih sulit. Untuk itu, perlu pembangunan akses jalan, pelabuhan, dermaga, cable car, kereta, hingga bandar udara.
Selain itu, ekonomi lokal belum teraktivasi penuh, seperti pengadaan homestay, kuliner lokal yang memanfaatkan sumber pangan lokal organik, dan souvenir ekslusif alias hanya bisa didapatkan di area geopark.
Selain itu, ekonomi lokal belum teraktivasi penuh, seperti pengadaan homestay, kuliner lokal yang memanfaatkan sumber pangan lokal organik, dan souvenir ekslusif alias hanya bisa didapatkan di area geopark.
Sebagai contoh, di Situs Geopark Ciletuh, petani setempat semestinya dapat menjual padi yang ditanam secara tradisional dan telah mendapat sertifikat pangan organik kepada pengunjung dengan harga lebih baik dibandingkan bila dijual ke pasar.
Demikian pula dengan hasil perikanan. Nelayan lokal dapat menjual hasil tangkapan langsung ke kedai-kedai makan dan pengelola homestay untuk para wisatawan.
"Masyarakat menerima secara langsung multiplier effect pariwisata. Tapi, sebelumnya perlu dibuat kegiatan pelatihan untuk warga agar dapat mengelola potensi lebih professional, higienis, dan sustainable."
Saat ini Indonesia memiliki dua geopark yang berstatus Unesco Global Geopark, yakni Batur Unesco Global Geopark (BUGG) di Bali dan Gunung Sewu Unesco Global Geopark.
Adapun yang masih berstatus geopark nasional meliputi Kaldera Toba, Rinjani, Ciletuh-Pelabuhan Ratu, dan Merangin, serta beberapa situs yang sedang berbenah untuk menjadi geopark nasional, seperti Dieng, Karangsambung, Maros-Pangkep, Raja Ampat, dan Wakatobi.