Bisnis.com, JAKARTA – Perusahana peternakan unggas Japfa Ltd. akan membentuk perusahaaan patungan (joint venture) dengan PT Cargill Food Investment Indonesia untuk memproduksi unggas yang pasokannya khusus untuk industri perhotelan, restoran, dan katering (horeka) serta produk retail.
Selain itu, perusahaan joint venture tersebut juga akan memproduksi produk-produk unggas yang berorientasi ekspor. Nilai investasi untuk joint venture ini mencapai US$6 juta atau setara Rp79 miliar.
Dari keterangan resmi yang diterima, investasi sebesar US$6 juta tersebut terdiri dari US$2,4 juta dikontribusikan oleh Japfa sedangkan sisanya US$3,6 juta dari Cargill. Adapun, setelah kesepakatan kerja sama ini ditandatangani kemarin, Japfa-Cargill akan menyelesaikan proses pembentukan perusahaan JV dalam enam bulan ke depan.
Chief Executive Officer (CEO) Tan Yong Nang menyampaikan kerja sama ini akan mengedepankan implementasi teknologi serta keahlian Japfa dan Cargill dalam memproduksi prouk ayam dengan kualitas terbaik.
“Terpilih sebagai mitra JV Cargill merupakan bukti dari kualitas tinggi, keamanan pangan, dan standar kesejahteraan yang Japfa jaga selama ini,” ungkap Tan Yong dalam keterangan tertulis, Selasa (20/9/2016) malam.
Perusahaan JV akan mulai mengoperasikan pabrik pengolahan milik PT So Good Food di Boyolali dan mengambil alih seluruh sumber daya manusia di fasilitas pengolahan tersebut. Kedua perusahaan ini akan pada produk-produk premium.
Sementara itu, PT So Good Food akan terus mengoperasikan empat pabrik makanan olahan lainnya di Indonesia, berkonsentrasi untuk menghasilkan produk makanan siap konsumsi bermerek; seperti chicken nugget, bakso dan sosis.
Kerja sama ini diyakini dapat memperkuat posisi kedua perusahaan dalam menggarap pasar di negara-negara Asean. Menurut data Euromonitor, Indonesia merupakan pasar jasa makanan terbesar di Asean.
Nilai penjualan pasar jasa makanan Indonesia tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sebesar 8,7% dari 2010 hingga 2014. Pada 2014 , nilai penjualan mencapai US$36,8 miliar, lebih tinggi sekitar US$14 miliar dari pasar Asean terbesar kedua yaitu Thailand.