Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KINERJA EKONOMI AKHIR TAHUN: Laju PDB Diproyeksi Lawan Arus

Pertumbuhan ekonomi dua kuartal sisa tahun ini diproyeksi kembali melambat secara tahunannya (year on year/ yoy), sekaligus melawan tren akselerasi tipis pada periode yang sama dalam dua tahun terakhir.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. /Bisnis.com
Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi dua kuartal sisa tahun ini diproyeksi kembali melambat secara tahunannya (year on year/ yoy), sekaligus melawan tren akselerasi tipis pada periode yang sama dalam dua tahun terakhir.

Dalam rapat Panitia Kerja (Panja) A RAPBN 2017 dengan Badan Anggaran DPR, Selasa (13/9), Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Suahasil Nazara memproyeksi laju produk domestik bruto (PDB) hingga akhir tahun ini tidak akan lebih dari 5,1%.

“Kami perkirakan ekonomi semester II/2016 sekitar 5,0%-5,1%. Hingga akhir tahun secara keseluruhan tidak akan lebih 5,1%,” ujarnya.

Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV diperkirakan melambat dari capaian kuartal II/2016 sebesar 5,18%. Padahal, jika menilik tren dua tahun sebelumnya, laju PDB dua kuartal terakhir selalu terakselarasi tipis.

Proyeksi tersebut, lanjutnya, salah satunya dipengaruhi oleh pemangkasan dan penghematan anggaran belanja dalam APBNP 2016. Pasalnya, langkah ini berimbas pada pertumbuhan konsumsi pemerintah yang awalnya diestimasi mencapai 5,5% anjlok menjadi 3%.

Dia melanjutkan kendati tidak menyentuh sangat besar pagu belanja modal, terutama infrastruktur, pengurangan belanja tetap akan mengurangi stimulus. Selain itu, dia mengaku ada pula sedikit pengaruh pada pembentukan modal tetap bruto (PMTB).

Seperti diketahui, Otoritas Fiskal mengestimasi shortfall – selisih antara realisasi dan target – penerimaan perpajakan tahun ini sekitar Rp219 triliun. Dengan pemangkasan dan penghematan belanja hingga Rp137,6 triliun, outlook defisit anggaran dikerek dari 2,35% menjadi 2,5% terhadap PDB.

Investasi

Pada saat yang bersamaan, investasi swasta terutama penanaman modal asing (PMA) juga belum tumbuh sesuai harapan karena masih lemahnya permintaan. Perekonomian negara-negara maju yang masih lesu ditambah moderasi pertumbuhan ekonomi China menjadi pemantik.

Menilik data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi kuartal II melambat di kisaran 12,2% (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu yang masing-masing mencapai 17,6% dan 16,3%.

Dari performa itu, realisasi PMA tercatat melambat signifikan. Realisasi PMA pada kuartal II/2016 hanya mencapai 7,8%, turun jauh dibandingkan kuartal I/2016 maupun kuartal II/2015 yang tercatat 17% dan 18,2%. “Masih tumbuh tapi melambat. 7,8% itu lambat sekali,” tegasnya.

Dia melanjutkan dari potensi repatriasi – yang diharapkan mampu memperkuat pertumbuhan PMTB – dalam kebijakan pengampunan pajak juga masih sangat minim. Menilik dashboard amnesti pajak hingga kemarin pukul 19.00 WIB, harta hasil repatriasi baru mencapai Rp19 triliun atau 5% dari total harta Rp406 triliun.

Suahasil menambahkan hingga akhir tahun tidak ada pergerakan signifikan dari ekspor-impor. Apalagi. Pelemahan harga komoditas masih diperkirakan masih akan berlangsung hingga lima tahun ke depan.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan perkembangan harga komoditas dan permintaan secara global memang membuat ekspor-impor tidak bisa diandalkan sebagai akselerator perekonomian. Hingga akhir tahun, Otoritas Moneter memproyeksi ekonomi Indonesia tahun ini tumbuh 5,04%.

Dengan adanya situasi ini, kekuatan ekonomi domestik khususnya swasta menjadi salah satu faktor penting penopang PDB hingga akhir tahun ini maupun pada 2017. Selain itu, koordinasi yang baik antara kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil melalui deregulasi structural menjadi salah satu langkah yang harus konsisten diambil.
 
“Konsumsi swasta dan seberapa jauh dari daya dorong stimulus fiskal serta investasi menjadi penentu pertumbuhan ekonomi saat ini,” katanya.
 
Pada rapat panja kemarin, asumsi pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2017 yang telah disepakati dengan komisi XI DPR sebesar 5,1% masih belum disetujui. Banggar DPR meminta pendalaman lebih lanjut karena gap yang lumayan lebar dengan usulan awal sebesar 5,3%



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper