Bisnis.com, JAKARTA - Penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam pembuatan material konstruksi menjadi salah satu elemen penting dalam peningkatan kualitas industri jasa konstruksi Tanah Air.
Teknologi ramah lingkungan dapat membuat biaya pembuatan material konstruksi menjadi lebih murah sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Sejalan dengan itu, Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Hermanto Dardak mengatakan, Indonesia perlu mengukur sejauh mana daya saing industri jasa konstruksinya dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia Tenggara.
Apalagi era Masyarakat Ekonomi Asean yang telah dimulai sejak akhir 2015 lalu membuat industri antar negera di kawasan Asean menjadi lebih kompetitif.
“Harmonisasi antar triple helix yaitu industri di mana di dalamnya ada pengusaha, lalu universitas dan penelitan, serta pemerintah selaku pembuat regulasi sangat penting. PII Peduli pada pengembangan material teknis di Indonesia, salah satunya yang sangat signifikan adalah beton,” ujarnya, Selasa (6/9/2016).
Dikatakan, tren pemanfaatan beton untuk infrastruktur mengalami peningkatan setiap tahunnya, Saat ini dia mengestimasikan pemanfaatan beton produksi nasional mencapai 60 juta ton, yang digunakan untuk proyek seperti jalan tol, jembatan, waduk, dan bangunan.
Meski demikian, berdasarkan data Global Ranking Logistic Performance Index (LPI) 2016 yang dikeluarkan World Bank, indeks daya saing logistik Indonesia berada di peringkat 63 dari 160 negara. Peringkat ini mengalami penurunan dibandingkan 2014 di mana Indonesia berada di posisi 53.
Dalam kawasan Asean, Indonesia jauh berada di bawah Singapura di posisi 5, Malaysia di peringkat 32, dan Thailand di peringkat 45. Meski demikian, LPI Indonesia masih sedikit lebih unggul dibandingkan Vietnam pada posisi 64, Filipina 71, Kamboja 73.
Menanggapi hal ini, Hermanto menilai masih perlu banyaknya pembenahan dalam pembangunan infrastruktur Indonesia. Pembenahan tersebut perlu dilakuukan baik dalam penambahan jumlah insinyur berkualitas dan bersertifikasi, maupun penciptaan teknologi bahan konstruksi yang murah, berkualitas, dan ramah lingkungan.
Dia mencontohkan dalam pembangunan Jembatan Suramadu, pemerintah menggandeng PT Semen Gresik untuk menghasilkan semen tahan korosi, yang dihasilkan dari sisa limbah batu bara. Hasilnya, PII memberikan penghargaan Adhi Karya Rekayasa kepada pemerintah karena telah menggunakan inovasi ramah lingkungan untuk Jembatan Suramadu.
Menurutnya, kebutuhan terhadap inovasi teknologi penghasil beton semakin diperlukan untuk menghasilkan beton yang ringan dengan kualitas yang unggul. Dalam hal ini, PII mendukung penyelenggaran pameran material konstruksi berskala internasional sebagai wadah pertukaran informasi dan teknologi terbaru dalam industri jasa konstruksi.