Bisnis.com, PADANG — Bank Indonesia menilai laju inflasi Sumatra Barat per Agustus 2016 masih tergolong mengkhawatirkan karena merupakan yang tertinggi secara nasional, setelah provinsi Papua Barat.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Puji Atmoko menyebutkan meski sudah melewati periode Ramadan dan Lebaran, serta libur panjang inflasi daerah itu masih berada pada level 2,51% year to date, dari periode Januari.
“Inflasi Sumbar di atas nasional, baik secara bulanan, tahun berjalan, maupun tahunan. Ini perlu diwaspadai,” katanya, Senin (5/9/2016).
BI mencatatkan laju inflasi Sumbar di bulan Agustus 2016 sebesar 0,78% (mtm), menurun dari inflasi bulan sebelumnya 1,52%.
Secara tahunan, inflasi daerah itu mencapai level 3,89%, berada di atas angka nasional yang hanya mencatatkan inflasi 2,79%.
Inflasi Sumbar itu dihitung dari laju inflasi dua kota besar yang menjadi tolok ukur perekonomian setempat yakni Kota Padang dan Bukittinggi yang mengalami inflasi masing-masing 0,84% dan 0,40%.
Lebih rinci, laju inflasi daerah itu ditopang peningkatan harga sejumlah komoditas pokok seperti cabai merah dan bawang merah.
Terganggunya cuaca di sejumlah daerah sentra komoditas pangan itu menyebabkan pasokan menjadi terganggu, sehingga harga menjadi naik.
Selain itu, cuaca yang tidak menentu dengan intensitas hujan yang tinggi menghambat penjemuran gabah, mengakibatkan pasokan beras berkurang.
Puji mengatakan naiknya harga dari kelompok pangan itu, didorong pula peningkatan pengeluaran dari komponen biaya pendidikan terutama untuk SMP dan SMA du tahun ajaran baru.
Dia meminta pemerintah daerah dan stakeholder yang tergabung di tim pengendalian inflasi daerah (TPID) Sumbar untuk memprioritaskan penangan inflasi dengan memastikan mata rantai pasokan, dan komoditas pokok tidak mengalami kekurangan pasokan.
“Masih sangat terkendali. Perkiraan kami inflasi tahun ini berada di kisaran 4% plus minus 1%,” ujarnya.