Bisnis.com, JAKARTA - Industri gula harus berkembang menjadi industri terintegrasi agar bisa berproduksi lebih efisien dan menekan harga gula di pasaran.
Direktur Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Triantarti mengatakan, industri pengolahan tebu sekarang berkembang menjadi industri terintegrasi yang bisa menghasilkan berbagai produk.
Dia menjelaskan, gula hanya sebagian dari produk yang bisa dihasilkan oleh pabrik pengolahan tebu. Pengolahan tebu juga bisa menghasilkan bahan baku etanol, pupuk organik, penyedap makanan, pulp, dan beragam produk kimia lain.
Pabrik-pabrik pengolah tebu di beberapa negara, menurutnya, fokus memproduksi etanol sebagai bahan baku biofuel dan menghasilkan gula sebagai produk sampingan.
Industri pengolahan tebu menghasilkan etanol dari berbagai bagian tanaman tebu, antara lain molase yang biasanya mencakup 4%—6% dari berat tebu dan ampas yang bisa mencakup 30%—34% dari berat tanaman tebu.
“Arahnya harus menjadi industri terintegrasi, tetapi ini membutuhkan banyak penyesuaian. Petani tebu juga harus menanam tanaman dengan varietas yang berbeda,” kata Tiantarti dalam acara Diskusi Industri Gula Global dan Peranan Gula Dalam Perekonomian Nasional, Senin (5/9/2016).
Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Faiz Ahmad sepakat industri gula harus bergerak menjadi industri terintegrasi yang menghasilkan berbagai jenis produk.
Namun, dia mengingatkan investasi pendirian pabrik gula baru di Indonesia masih terkendala masalah lahan. Pabrik terintegrasi juga membutuhkan investasi jauh lebih besar dibandingkan pabrik penggilingan gula biasa.
“Pemerintah dan lembaga penelitian memang mengusulkan industri terintegrasi berbasis tebu, cuma itu artinya harus ada konsekuensi. Investasi yang dibutuhkan jauh lebih besar,” kata Faiz.