Bisnis.com, Jakarta--Bank Indonesia memperkirakan nilai tukar rupiah pada tahun depan berkisar Rp13.200-Rp13.500/US$1.
Gubernur BI Agus D.W Martowardojo mengatakan rentang tersebut mencerminkan fundamental perekonomian domestik sekaligus memperhatikan masuknya aliran dana asing ke dalam negeri.
Masuknya aliran dana ke dalam negeri akan membantu transkasi modal dan finansial sehingga Indonesia memiliki penawaran yang cukup dalam bentuk valuta asing, termasuk dampak dari implementasi kebijakan amnesti pajak.
"Tapi itu diyakini sifatnya hanya sementara karena ini karena masuknya uang, bukan fundamental kita," katanya, di Gedung DPR, Kamis (1/9/2016) malam.
Nikai tukar rupiah yang diasumsikan bank sentral itu lebih kuat daripada perkiraan sebelumnya yang berkisar Rp13.300-Rp13.600/US$1.
BI melaporkan arus dana yang masuk ke dalam negeri hingga pertengahan Agustus 2016 mencapai Rp162 triliun, sementara pada periode yang sama di tahun lali hanya Rp43 triliun.
Rata-rata nilai tukar rupiah secara year to date hingga 1 September 2016 juga stabil dengan apresiasi 3,9%.
"Risiko rupiah masih ada dari kenaikan The Fed dan perekonomian China. Tapi implementasi amnesti pajak akan meningkatkan pasokan valas ke dalam negeri," ucapnya.
BI juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada tahun depan berada dalam rentang 5,1%-5,5% dengan pertumbuhan kredit sebesar 12%. Selain itu, defisit transaksi berjalan akan lebih besar yakni 2,7% di 2017.