Bisnis.com, JAKARTA - Marjin pendapatan industri plastik meningkat meskipun penjualan diperkirakan hanya tumbuh 3% tertekan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Ketua Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas), Budi Susanto Sadiman, menjelaskan bisnis plastik terbantu oleh penurunan tajam harga bahan baku. Industri plastik dari hulu ke hilir masih mampu membukukan laba meskipun kinerja penjualan lesu.
Dia mengungkapkan marjin antara biaya produksi dan harga resin plastik naik dari US$200 per ton menjadi US$300 per ton dalam dua tahun terakhir. Marjin naik hingga 50% seiring penurunan harga nafta dari sekitar US$1.200 per ton menjadi US$600 per ton.
Industri pemroses plastik juga bisa meningkatkan marjin pendapatan dari sekitar Rp10.000 per kilogram menjadi Rp12.000—Rp13.000. Kenaikan selisih disebabkan oleh penurunan harga resin dari sekitar Rp16.000 per kilogram menjadi Rp10.000 per kilogram, sedangkan harga plastik hanya bergeser dari Rp26.000 per kilogram menjadi Rp24.000 per kilogram.
“Kenapa produsen plastik masih tenang? Marjin per unit plastik sekarang bagus. Di hulu harga turun karena harga bahan baku turun lebih jauh. Marjin ini kompensasi dari penurunan volume,” kata Budi dalam konferensi pers pameran Indoplas, Indopack, dan Indoprint, Selasa (23/8/2016).
Pengatakan penurunan laju konsumsi membuat utilisasi produksi industri petrokimia hulu hanya sekitar 60% dari total kapasitas produksi terpasang yang mencapai 2,92 juta ton.
Konsumsi plastik diperkirakan hanya akan menyentuh 4,6 juta ton sampai akhir 2016 atau tumbuh sekitar 3% dibandingkan konsumsi tahun lalu yang sebanyak 4,5 juta ton.