Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RAPBN 2017: Presiden Jokowi Instruksikan 6 Hal Ini

Presiden Joko Widodo memberi 6 arahan kepada para pembantunya di Kabinet Kerja sebagai persiapan untuk menghadapi tahun anggaran 2017.
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Menkeu Sri Mulyani saat bersiap memberikan arahan tentang program Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) di Istana Negara, Jakarta, Kamis (28/7/2016)./Antara-Widodo S. Jusuf
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Menkeu Sri Mulyani saat bersiap memberikan arahan tentang program Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) di Istana Negara, Jakarta, Kamis (28/7/2016)./Antara-Widodo S. Jusuf

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo memberi 6 arahan kepada para pembantunya di Kabinet Kerja sebagai persiapan untuk menghadapi tahun anggaran 2017.

Dalam Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Presiden, Rabu (3/8/2016), Presiden meminta agar pertumbuhan ekonomi yang mulai membaik pada triwulan pertama tahun ini dijaga dan ditingkatkan.

"Pertumbuhan ekonomi kuartal II-IV tahun ini kita ingin lebih baik sejalan dengan mulai terlihatnya pembangunan infrastruktur, perbaikan iklim investasi dan tax amnesty. Kemudian, Inflasi agar dikendalikan sehingga berdampak menekan kemiskinan. Kemarin BPS mengumumkan kalau inflasi Juli 2016 terendah sejak 2012, kita harus jaga terus, utamanya bahan-bahan makanan, agar dilihat setiap jam, setiap hari," tuturnya.

Kedua, Presiden meminta kepada menteri keuangan agar dalam merumuskan asumsi makro harus dipastikan sesuai dengan kondisi perekonomian domestik dan global.

Kepala Negara mengatakan perencanaan anggaran harus turut mengalkulasi kondisi ekonomi global, seperti perkembangan di China, harga-harga komoditas dan penyesuaian suku bunga Federal Reserve.

Ketiga, lanjutnya, adalah menggunakan momentum amnesti pajak sebaik-baiknya. Dia menyebutkan, program pengampunan pajak harus bisa memperluas dan memperbaiki basis pajak, sehingga berpeluang meningkatkan tax ratio.

Berikutnya, Jokowi menekankan agar belanja pemerintah pusat yang dikomandoi oleh kementerian dan lembaga fokus pada program prioritas.

"Jangan lepas dari prorgam prioritas, yakni pembangunan infrastruktur, pelayanan pendidikan dan kesehatan serta upaya penanggulangan kemiskinan melalui efektivitas perlindungan sosial. Utamakan belanja prioritas yang betul-betul prioritas," paparnya.

Terakhir, mantan Gubernur DKI Jakarta ini menggarisbawahi rangkaian instruksinya dengan memerintahkan agar pimpinan K/L melakukan efisiensi belanja operasional dan barang.

"Ini saya tekankan. Perencanaan APBN nantinya, belanja modal harus diprioritaskan. Coba dilihat satu per satu sampai satuan III, hal yang tidak masuk akal dan angkanya terlalu tinggi, coret dan ganti yang masuk logika. Untuk DAK [dana alokasi khusus], semuanya harus detail, dan harus bisa dipertanggungjawabkan, terutama yang terkait DAK penugasan," ungkapnya.

Sesuai siklus tahun anggaran, Presiden dijadwalkan memberikan pidato kenegaraan dan penyampaian Nota Keuangan 2017 kepada Parlemen sebelum HUT Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2016.

Nantinya, Nota Keuangan dan RAPBN 2017 tersebut akan dibahas secara bertahap oleh eksekutif dan legislatif mulai level komisi, Badan Anggaran hingga disahkan oleh Parlemen melalui rapat paripurna DPR menjadi UU APBN 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Arys Aditya
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper