Bisnis.com, JAKARTA—PT Jasa Marga (Persero) Tbk tengah mengkaji kemungkinan pemakaian struktur baja untuk proyek Jakarta—Cikampek Elevated yang diprakarsai perseroan dan kini tengah memasuki tahap pelelangan.
Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk Adityawarman mengatakan hal tersebut sesuai dengan permintaan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang ingin meningkatkan pemakaian baja pada proyek infrastruktur, termasuk jalan tol.
“Kita sedang melakukan perhitungan dengan para ahli, karena itu jembatannya hampir 48 km atau 50 km. Kalau memang kenyataannya pakai baja lebih murah kenapa tidak? kedua kita juga bisa memanfaatkan produksi baja Indonesia yang sekarang lagi turun,” ujarnya, Jumat (01/07)
Meski demikian, pihaknya belum bisa memperkirakan seberapa besar efisiensi biaya konstruksi yang dapat dilakukan bila konstruksi jalan tol menggunakan baja. Namun bila kontruksi dengan baja menghasilkan biaya yang lebih mahal ketimbang beton, maka dia akan membicarakannya kembali dengan Menteri PUPR. Sejauh ini, estimasi biaya investasi tol layang ini dengan menggunakan struktur beton berkisar antara Rp12 triliun hingga Rp17 triliun.
“Kalau mahal ya mungkin kita akan lapor ke Pak menteri karena akan menaikkan investasi kami karena IRR-[Internal Rate of Return] nya turun, kira-kira begitu. Hari ini saya belum bisa informasikan karena masih dihitung, tapi kira-kira bisa lebih murah,” ujarnya.
Adit menambahkan saat ini perseroan telah mengambil dokumen yang diperlukan untuk mengikuti babak prakualifikasi. Dokumen tersebut rencananya akan dikembalikan kepada Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) untuk dievaluasi oleh panitia lelang guna menentukan badan usaha yang berhak mengikuti tender selanjutnya.
Dari studi kelayakan yang dilakukan JSMR, tol Jakarta—Cikampek Elevated ini akan dibangun mulai dari Jatiwaringin, Gerbang Pondok Gede Timur hingga Karawang KM 48. Perseroan telah memastikan bahwa trase tersebut tidak akan saling mengganggu dengan proyek lainnya yang akan dibangun di daerah tersebut, seperti LRT Jabodetabek dan kereta cepat Jakarta—Bandung.
Berdasarkan data situs JSMR, volume lalu lintas di ruas tol Jakarta—Cikampek pada bulan Maret 2016 tercatat 18.657.532 kendaraan, tumbuh 5% dari periode yang sama pada tahun lalu yang mencapai 17.659.441 kendaraan. Dengan dibangunnya tol Jakarta—Cikampek II Elavated ini diharapkan dapat menambah kapasitas jalan sehingga mampu menampung lebih banyak kendaraan dan mengurai kemacetan.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basoeki Hadimoeljono mengatakan sebelumnya pihaknya telah meminta Badan Pengatur Jalan Tol untuk mempercepat proses pelelangan ruas tol Jakarta—Cikampek Elevated. Pasalnya, volume kendaraan ada di Jabodetabek telah melebihi kapasitas jalan yang ada.
Lebih lanjut, dia mengatakan pemerintah belum memutuskan apakah akan menggunakan baja untuk ruas tol tersebut. Untuk itu pihaknya masih menunggu hasil kajian dari badan usaha.
“Belum diputuskan apakah akan pakai baja atau tidak, tetapi bisa saja dibikin hybrid atau perpaduan antara struktur beton dan baja,” ujarnya.
Pemerintah mengumumkan pelelangan investasi empat ruas jalan bebas hambatan baru pada Rabu (22/6) dengan total panjang 190 km. Empat ruas tol tersebut terdiri atas dua ruas pemrakarsa badan usaha yakni Jakarta—Cikampek Elevated II dan Krian—Legundi—Blunder, sedangkan dua ruas lain prakarsa pemerintah yakni tol Serang—Panimbang dan Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu).
Kepala Panitia Lelang Pengusahaan Jalan Tol Eka Pria Anas mengatakan tahap prakualifikasi atau tahap paling awal dari proses lelang akan dilaksanakan hingga 13 Juli mendatang. Selama tahapan ini para calon investor yang berminat pada proyek tersebut dapat mengambil dokumen lelang, mengisi kelengkapannya dan mengembalikan dokumen tersebut lengkap dengan kelengkapan dokumen yang disyaratkan.
Sejauh ini sejumlah badan usaha telah mengambil dokumen lelang untuk keempat ruas tersebut, antara lain PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Pembangunan Perumahan Tbk, PT Nindya Karya, dan PT Citra Marga Nusaphala Persada, dan PT Astratel Nusantara.