Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Pembiakan Sapi: Santori Gandeng Peternak

PT Santosa Agrindo (Santori), anak perusahaan JAPFA yang bergerak di bidang usaha penggemukan dan pembiakan sapi, mencoba mengembangkan sapi indukan melalui skema kemitraan dengan peternak lokal di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, JAKARTA – PT Santosa Agrindo (Santori), anak perusahaan JAPFA yang bergerak di bidang usaha penggemukan dan pembiakan sapi, mencoba mengembangkan sapi indukan melalui skema kemitraan dengan peternak lokal di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Per 27 April lalu, Santori menyambut 1.912 ekor sapi indukan impor asal Australia jenis Brahman cross. Santori biasanya mengembangkan sendiri pembibitan atau breeding di Lampung.

Kali ini, sapi-sapi itu akan diserahkan pengembangannya pada tujuh kelompok ternak di Probolinggo.

Sebanyak 1.912 ekor sapi indukan tersebut di luar total 3.000 ekor sapi indukan yang diimpor Santori untuk dikembangkan di Lampung. Realisasi impor sapi indukan yang masuk ke Lampung telah mencapai 1.200 ekor.

Head of Breeding PT Santori, Dayan Antoni mengatakan saat ini perusahaannya tengah melakukan inseminasi buatan (IB) agar sapi-sapi tersebut segera bunting. Setelah bunting, sapi-sapi indukan itu akan dijual pada para peternak.

“Kami membangun kemitraan secara bisnis dengan model pembiakan seperti ini. Kami sedang IB dan nanti dijual ke peternak dengan harga Rp50.000 per kg bobot hidup. Nanti setelah lahir, anaknya mereka besarkan. Setelah satu tahun akan kami beli dalam bentuk sapi bakalan dan sapi indukannya kami beli lagi untuk dibuntingkan lagi,” jelas Dayan di Jakarta, Selasa (28/6) malam.

Dayan menjelaskan setelah perusahaan membeli lagi sapi indukan yang telah melahirkan tersebut, IB akan dilakukan kembali dan akan kembali dijual ke peternak. Siklus ini terus dilakukan selama sapi indukannya masih produktif dan menghasilkan.

Dari 1.912 ekor tersebut, jumlah yang disalurkan ke peternak adalah 1.600 ekor yang akan disalurkan mulai Agustus ini hingga 6 bulan berikutnya. Dari 1.600 ekor ini, akan dilahirkan 1.300 sapi bakalan dalam 3 tahun mendatang.

Bisnis mencatat investasi di sektor pengembangbiakan masih sangat minim di Indonesia. Perusahaan yang melakukan pengembangbiakan, masih dapat dihitung jari.

Hal ini dikarenakan pemerintah tidak memiliki skema insentif untuk mendorong investasi di sektor pengembangbiakan.

Pelaku usaha harus berpikir berulang kali karena turn over keuntungan yang cukup lama, bea masuk dan biaya pemeriksaan sapi indukan yang masih tinggi, serta skema pembiayan di dalam negeri yang tidak akomodatif untuk mendorong pembibitan sektor ini.

Padahal, untuk mencapai swasembada daging, pemerintah seharusnya lebih mendorong investasi di pembibitan dan pengembangbiakan sapi. Berkebalikan dengan investasi di pembiakan, saat ini tercata lebih dari 50 perusahaan terjun pada sektor investasi penggemukan sapi.

“Kami mencari peluang di mana kita bisa meningkatkan produksi dalam negeri melalui pembiakan, bukan penggemukan. Salah satunya menjalin mitra dengan peternak lokal,” kata Dayan.

Dayan menyampaikan perusahaan menginvestasikan sekitar Rp7-Rp8 miliar untuk melakukan pembelian 1.912 ekor sapi indukan, dengan rincian harga USS3,2 per kilogram berat hidup dan bobot sekitar 330 kg saat tiba di Indonesia.

Dayan menuturkan nantinya dia akan membeli langsung sapi bakalan yang telah dibesarkan para peternak dengan harga pasar yang sedang berlaku. Menurutnya, dengan skema ini, keuntungan peternak per hari dapat mencapai Rp9.000 dari saat ini Rp.3000.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan, Muladno, menyebut skema yang dijalankan Santori diharapkan dapat diperluas.

“Santori menginisiasi sebuah model kemitraan pembiakan baru yang sangat tepat dalam membangun kemitraan dengan peternak,” kata Muladno.

FASILITAS KUR

Untuk membangun kemitraan ini, Santori pun menggandeng bank BRI untuk dapat menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) bagi peternak yang akan membeli sapi indukan.

Dengan harga per kilogram berat hidup Rp50.000, maka peternak harus merogoh Rp16-Rp17 juta untuk membeli per ekor sapi indukan.

“Sehingga untuk tahap awal penyaluran 600 ekor itu, penyaluran KUR-nya sekitar Rp9,6 miliar. Peternak tidak perlu investasi kandang karena mereka sudah melangsungkan sistem peternakan sendiri,” jelas Dayan.

Dayan mengatakan sapi-sapi indukan tersebut pun akan diasuransikan sehingga kalau ada sesuatu terjadi saat diperlihara peternak, mereka tidak perlu menanggung risikonya.

Sapi indukan pun akan dibeli lagi perusahaan dan sapi bakalan yang dipelihara peternak juga akan diserap perusahaan. Skema ini pun akan memotong rantai pasok peternak ke perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dara Aziliya
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper