Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Robohnya Asa Warga

Rob atau luapan air laut di Semarang, Jawa Tengah tahun ini melumpuhkan sendi-sendi perekonomian bagi masyarakat terdampak, tak terkecuali bagi sopir taksi. Pendapatan mereka anjlok 50%. Alhasil, setoran ke perusahaan kian tergerus setiap hari, bahkan mereka terpaksa menombok.
Ilustrasi: Banjir rob (air laut pasang), di kawasan Dadap, Kabupaten Tangerang, Banten/Antara
Ilustrasi: Banjir rob (air laut pasang), di kawasan Dadap, Kabupaten Tangerang, Banten/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Rob atau luapan air laut di Semarang, Jawa Tengah tahun ini melumpuhkan sendi-sendi perekonomian bagi masyarakat terdampak, tak terkecuali bagi sopir taksi. Pendapatan mereka anjlok 50%. Alhasil, setoran ke perusahaan kian tergerus setiap hari, bahkan mereka terpaksa menombok.

Erwin Ardianto, pengemudi taksi, berkeluh kesah atas kondisi rob yang melumpuhkan jalur perbatasan Semarang—Demak. Mestinya, kata dia, hujan dan banjir membawa berkah bagi sopir taksi. Pendapatan naik, penumpang pun kian bertambah.

Kali ini justru sebaliknya. Erwin malah merugi karena kemacetan di area rob cukup panjang, bahkan berlangsung selama dua jam. Kalkulasi pendapatan Erwin pada angka Rp200.000—Rp300.000 per hari.

Namun, apa yang dia peroleh tidak sesuai dengan harapan. “Dengan rob ini, pendapatan kami turun 50%,” paparnya, Selasa (14/6). Rob pada tahun ini, menurut Erwin, terparah ketimbang tahun sebelumnya dengan jangka waktu 3 bulan. Adapun, luapan air laut atau air pasang laut pada tahun lalu paling lama hanya 1,5 bulan.

Kondisi itulah yang membuat Erwin berpendapat bahwa Pemerintah Kota Semarang kurang serius menangani bencana alam tersebut. Dia ber pendapat, semestinya prediksi rob berkepanjangan sudah di antisipasi tahun sebelumnya.

“Pembuatan tanggul sementara bukan solusi tepat karena tahun ini banjir rob sangat parah. Jadi, seolah tidak ada gunanya penanganan dari pemerintah setempat,” tuturnya.

Di lokasi terdampak rob, Atika warga Kemijen, Kecamatan Semarang Timur, mengakui bahwa banjir rob tahun ini lebih parah daripada tahun lalu. “Sudah biasa. Banjir rob memang selalu terjadi. Pekan kemarin bahkan sampai 60 cm,” paparnya.

Perempuan paruh baya tersebut memang tidak terlalu ambil pusing dengan kondisi rob yang terjadi di kawasan permukimannya karena toh ini sudah rutin terjadi. Ibarat peribahasa, alah bisa karena biasa.

Datangnya air rob tersebut tidak pasti. Meskipun saat ini air sudah terlihat surut, sambungnya, besok air bisa kembali naik. Lalu, tiga hari kemudian air menjadi lebih tinggi lagi.

Marsudi, lelaki yang sudah tinggal di kawasan tersebut lebih dari 30 tahun pun menganggap rob bukan barang baru. Dengan enteng dia berkata banjir rob sudah terjadi hampir tiga bulan terakhir.

“Pagi air tinggi sekali. Pukul 10.00 WIB pun caknya. Lalu, sore hari mulai surut. Sekitar setengah bulan terakhir, air bahkan masuk ke rumah-rumah warga,” tutur dia.

TANGGUL

Keberadaan tanggul sementara setinggi sekitar 20 cm sendiri tidak cukup mampu menahan luapan air. Di sisi lain, beberapa bagian tanggul di sepanjang Sungai Banger pun sudah mulai retak sehingga air terus merembes ke jalanan.

Ketika air sudah masuk ke jalanan, sudah bisa dipastikan usaha warung Marsudi juga berhenti berjalan. Dia menambahkan bahwa tingginya luapan air disebabkan oleh banyaknya endapan lumpur. Oleh karena itu, pengerukan atau normalisasi kali menjadi hal yang mutlak dilakukan.

Selain itu, dia berharap supaya pemerintah juga dapat melakukan upaya lainnya untuk mengatasi bencana tersebut. “Pembangunan polder masih tidak selesai-selesai sampai sekarang. Atau pemerintah bisa membantu dengan melakukan peninggian kawasan permukiman. Dengan begitu, air tidak bisa masuk ke rumah warga,” tuturnya.

Menurutnya, kawasan tempat dia tinggal di Kelurahan Kemijen, Semarang Timur, tersebut sudah cukup jauh dari pinggir laut, sekitar 4 kilometer. Walaupun begitu, tetap saja luapan air pasang sampai ke kampungnya tersebut.

Berdasarkan pantauan Bisnis.com, air rob juga sudah mencapai wilayah Kelurahan Rejosari, Semarang Timur. Sampai saat ini, kelurahan yang memiliki jarak sekitar 6 kilometer dari Pelabuhan Tanjung Emas tersebut juga tertutup air rob setinggi lutut orang dewasa.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi memaparkan, penanganan jangka pendek telah dilakukan pemasangan tanggul secara manual di sejumlah ruas Kali Sringin.

Penanganan jangka menengah dan panjang telah dilakukan koordinasi untuk normalisasi Kanal Banjit Timur (KBT) serta pembangunan polder di Kali Banger, Kali Tenggang, Kali Sringin dan Kali Babon.

Akan tetapi, sampai kapan tindakan antisipasi itu bisa bertahan karena permukaan laut terus meningkat dan alam tak bisa dilawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper