Bisnis.com, JAKARTA - Sinkronisasi rantai pasok yang lancar dan terhindar dari tangan-tangan spekulan merupakan cara yang harus dilakukan untuk meningkatkan ketahanan pangan terutama dalam masa bulan puasa dan Lebaran 2016.
"Pemerintah punya tugas penting, untuk mengelola kebijakan yang lebih elegan, agar terjadi sinkronisasi antara produksi, pasokan pasar, rantai pasok," kata Sekretaris Departemen Ketahanan Pangan DPP PKS Achyar Eldine di Jakarta, Selasa (7/6/2016).
Dengan demikian, menurut dia, maka hal-hal yang merusak pasar seperti distorsi barang dan harga akan bisa diminimalisir dampaknya.
Selain itu, lanjutnya, diharapkan pula stabilits harga akan tercapai sehingga para petani juga bisa tenang dalam setiap menghadapi musim panen besar.
Ia juga menginginkan koordinasi tim stabilisasi pangan pusat harus terus berkoordinasi dengan daerah, karena pusat produksi sejumlah komoditas seperti bawang merah ada di daerah, mengetahui persoalan yang sesungguhnya, sehingga setiap kebijakan yang dihasilkan mampu menyelesaikan persoalan.
"Dari pengamatan langsung yang dilakukan di pasar, komoditas yang menghadapi dilema saat ini adalah bawang merah. Rencana pemerintah untuk melakukan Impor telah meresahkan para petani, apalagi dilakukan menjelang panen raya sekitar bulan Juni hingga Agustus," katanya.
Menurut dia, disinilah letak persoalannya, apakah kebijakan impor yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mengamankan harga karena sudah terjadi kelangkaan pasokan, atau ada persoalan lain yang seharusnya bisa diselesaikan oleh pemerintah terlebih dahulu.
Ia mengingatkan bahwa dari sisi produksi bawang merah mencukupi untuk memenuhi pasokan menjelang puasa, namun dengan melihat siklus panen yang ada, terdapat beberapa waktu sekitar bulan Februari-Maret, neraca bawang merah mengalami surplus sangat tipis.
"Kondisi ini tentu cukup riskan, mengingat adanya jarak dan waktu antara daerah sentra produksi dengan daerah sentra konsumsi, sehingga menyebabkan pasokan di beberapa pasar menjadi terbatas," katanya dan menambahkan, dengan kondisi terbatasnya pasokan tersebut juga berpotensi dimanfaatkan oleh para spekulan besar untuk menaikkan harga.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menginginkan media tidak hanya menyoroti naiknya harga sejumlah komoditas seperti bawang merah, tetapi harga bawang merah yang saat ini sudah mulai turun juga seharusnya digemakan luas.
"Dengan kerja keras Menteri Pertanian, Menteri BUMN, Menteri Perdagangan, harga bawang sudah turun," kata Amran Sulaiman kepada wartawan setelah membuka acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional (Musrenbangtan) Tahun 2016 di Jakarta, kepada Antara.
Dia menginginkan media dapat menulis dan menyebarkan kepada masyarakat mengenai tren harga seperti komoditas bawang yang dinilai saat ini sudah turun dan sudah stabil.
Menurut dia, dengan kerja keras pula tidak hanya mengakibatkan harga bawang merah saat ini sudah turun, tetapi juga berhasil pula menurunkan impor jagung hingga 50 persen pada tahun ini.
Sebagaimana diwartakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian menyusun tiga skenario untuk menjaga ketahanan pangan Indonesia pada masa mendatang.
"Dunia punya skenario untuk mencukupi pangan dunia, tapi untuk di Indonesia, kami punya skenario sendiri yang terdiri dari tiga cara," kata Kepala Balitbangtan M. Syakir dalam peluncuran logo Hari Pangan Sedunia di Jakarta, Selasa (7/6).
Tiga upaya itu yakni intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi pangan yang rencananya juga akan ikut dipamerkan dalam peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada 28-30 Oktober mendatang.
Benahi Rantai Pasok dari Pengaruh Spekulan
Sinkronisasi rantai pasok yang lancar dan terhindar dari tangan-tangan spekulan merupakan cara yang harus dilakukan untuk meningkatkan ketahanan pangan terutama dalam masa bulan puasa dan Lebaran 2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium