Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Karet untuk Campuran Aspal Jalan Tunggu Tahun Depan

Penggunaan karet sebagai campuran aspal jalan raya bisa berpotensi mengurangi suplai karet dunia hingga 100.000 ton.
Jalan raya/Ilustrasi
Jalan raya/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Penyerapan karet sebagai bahan campuran aspal untuk infrastruktur jalan baru bisa terealisasi tahun depan.

Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, Kementerian Perindustrian, Edi Sutopo memperkirakan proyek penggunaan karet untuk infrastruktur jalan baru bisa teralisasi pada 2017.

Kemenperin saat ini baru menyiapkan kajian bekerja sama Balai Penelitian Teknologi Karet (BPTK) Bogor untuk meneliti kestabilan campuran karet dan aspal untuk digunakan sebagai bahan pelapis jalan raya.

“Kami serahkan ke pusat penelitian di Bogor. Penelitian sekaligus feasibility study tentang penggunaan bahan campuran tersebut secara komersial,” katanya kepada bisnis, baru-baru ini.

Kemenperin juga berkomunikasi dengan instansi lain untuk menyiapkan perangkat hukum yang bisa memerintahkan penggunaan campuran karet untuk proyek infrastruktur jalan pemerintah.

Produsen karet meminta pemerintah segera merealisasikan konsumsi karet untuk infrastruktur untuk mendongkrak harga komoditas tersebut di pasar dunia.

Ketua Dewan Karet Indonesia Azis Pane meminta rencana penggunaan karet sebagai campuran aspal dalam pembangunan jalan raya tidak berhenti di tahap wacana.

Dia mengatakan riset campuran aspal karet telah ada sejak tahun 1990-an dan kini telah direalisasikan oleh pemerintah Thailand dan Malaysia.

“Jangan talk only. Kami semua sudah menunggu keseriusan pemerintah menjalankan konsep ini. Thailand dan Malaysia juga sudah sepakat melakukan hal yang sama,” kata Azis.

Azis mengatakan program penggunaan karet sebagai campuran aspal jalan raya bisa berdampak besar pada pergerakan harga salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia tersebut karena berpotensi mengurangi suplai karet dunia hingga 100.000 ton.

Dampak terhadap harga sudah terlihat pada awal 2016 ketika pemerintah mengumumkan rencana penyerapan karet untuk infrastruktur. Namun, harga karet kembali merosot karena pasar tidak melihat ada tanda-tanda realisasiai.

“Harga langsung turun lagi. Saya pikir-pikir ini artinya gertakan kita tidak mempan, akibatnya harga karet turun. Bisa-bisa sudah tidak berpengaruh lagi,” kata Azis kepada Bisnis, Jumat (27/5/2016).

Program penggunaan karet alam untuk proyek infrastruktur diumumkan oleh Kementerian Perindustrian pada Januari 2016. Kemenperin menyatakan penggunaan karet alam sebagai campuran konstruksi bisa membuat lapisan jalan lebih kuat dan tahan lama meskipun meningkatkan harga aspal hingga 20%.

Penurunan harga minyak mentah dan kenaikan suplai global membuat harga karet merosot dalam beberapa tahun terakhir. Industri dalam negeri saat ini hanya bisa menyerap 18% dari produksi 3,2 juta ton karet per tahun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper