Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Pertanian Amran Sulaiman menargetkan impor jagung pada 2017 mendatang dapat mencapai nol persen atau tidak terealisasi sama sekali. Untuk mencapai target itu, Amran menggandeng pelaku usaha untuk memaksimalkan serapan jagung lokal.
Amran menuturkan pihaknya sudah melangsungkan pertemuian dengan pelaku usaha produsen pakan nasional dan kedua belah pihak menyepakati impor ditekan secara perlahan, dimulai dengan impor tahun ini yang realisasinya maksimal 50% dari tahun lalu.
“Tahun lalu impor jagung itu 3,1 juta ton, tahun ini baru 700.000 yang sebagian masuk melalui Bulog. kita kerja keras agar seluruh pengusaha dan peternak dapat serap jagung dari petani,” kata Amran sat ditemui di kantornya, Selasa (24/5/2016).
Amran menjelaskan selain mendorong pelaku usaha untuk dapat menyerap jagung lokal, Amran menyampaikan pemerintah pun siap turun tangan melalui penunjukan Bulog untuk dapat membeli jagung di tingkat petani dengan harga Rp2.700 per kg.
Bisnis mencatat pemerintah dan pelaku usaha kerap beerbeda pendapat soal serapan jagung lokal. Menurut Kementan, dengan produksi jagung yang surplus setiap tahunnya, impor komoditas tersebut harusnya tidak perlu dilakukan.
Kendati demikian, kalangan produsen pakan menilai harga jagung di dalam negeri jauh di atas harga internasional dan ketersediaan di dalam negeri pun tidak stabil sepanjang tahun. Di bulan-bulan tertentu, produksi justru di bawah kebutuhan.
Ditambah lagi, produksi petani lokal memiliki kadar air yang cukup tinggi, mencapai 20%, sedangkan kebutuhan pabrik pakan yaitu jagung dengan kadar air 15%.
Amran mengatakan pelaku usaha tidak perlu mengkhawatirkan ketersediaan jagung lokal karena dalam waktu dekat akan ada panen raya jagung sehingga ketersediaannya melimpah.
“Yang terpenting sekarang impornya bisa turun sampai 50% dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama dari tahun lalu. Bulan Juli, Agustus, sampai September akan panen puncak dan potensi panennya besar. Targetnya di atas 2 juta ton,” ungkap Amran.
Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi produksi jagung sepanjang tahun lalu yaitu 21,35 juta ton atau naik sekitar 9% dari produksi tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 19,61 juta ton. Adapun, sepanjang 2016, industri pakan ternak diprediksi membutuhkan 8 juta ton jagung dengan kebutuhan flat per bulan sebesar 700.000 ton.
Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo menyampaikan pelaku usaha memang telah menyepakati untuk dapat menyerap jagung produksi petani lokal.
“Ke depan kami in line dengan Pak Menteri, kami mendukung upaya agar tahun depan bisa benar-benar impornya nol. Kami juga ingin mengembangkan jagung lokal, membantu petani agar daya belinya naik,” kata Desianto.
Kementerian Pertanian tengah intensif menarik investasi untuk dapat mengembangkan jagung dan membangun kemitraan dengan petani. Pola kemitraan diharapkan dapat menjadi solusi bagi tidak sejalannya produksi dan impor komoditas jagung.
Desianto menyampaikan saat ini harga jagung di pasar masih cukup tinggi, sekitar Rp3.200-Rp3.450. kendati demikian, dia mengaku perusahaan masih dapat melakukan pembelian jagung lokal selama harganya tidak lebih dari kisaran Rp3.400 mengingat petani juga harus mendapatkan untung.
Menurutnya, kunci dari penyerapan jagung lokal adalah kadar air yang terkandung tak lebih dari 15%. Pasalnya, jika kadar air terlalu tinggi, jagung bisa lebih mudah terserang penyakit aflatoksin sehingga kurang berkualitas untuk menghasilkan pakan ternak.