Bisnis.com, JAKARTA – Pasca-perlambatan ekonomi kuartal I/2016, pemerintah mulai menurunkan batas bawah estimasi laju produk domestik bruto tahun depan. Namun, APBN akan tetap ekspansif.
Dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2017 yang diajukan ke DPR, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan berada di level 5,3%-5,9%.
Selain melebar, rentang estimasi ini berubah dari rencana awal sekitar 5,5%-5,9%, yang disampaikan pada Rapat Terbatas tentang Pagu Indikatif 2017, Kamis (28/4/2016). Badan Pusat Statistik pada Rabu (4/5/2016) merilis pertumbuhan ekonomi kuartal I/2016 sebesar 4,92%.
“[Batas bawah diturunkan] ya kita menyesuaikan dengan yang tahun ini. Kan yang paling bagus tahun depan lebih tinggi dari [asumsi] tahun ini [5,3%]. Ya batasnya ya tahun ini,” ujarnya, Kamis (20/5/2016).
Bambang mengatakan, akselerator dan penopang pertumbuhan ekonomi tahun depan tidak berbeda jauh dari tahun ini. Seiring dengan belum berubahnya kondisi ekonomi global, penopang ekonomi masih pada konsumsi dan investasi swasta, serta belanja pemerintah. (lihat tabel)
Selain mengupayakan belanja infrastruktur yang lebih besar, lanjutnya, kebijakan sistem prioritas belanja akan diarahkan lebih tajam. Dengan demikian, saat tidak ada peningkatan pagu anggaran, belanja prioritas akan lebih besar.
Dalam dokumen KEM-PPKF 2017, pemerintah menyebut tantangan pengelolaan fiskal tahun depan masih cukup berat. Pertama, terbatasnya ruang fiskal untuk menopang belanja produktif dan prioritas.
Kedua, realisasi belanja yang belum sepenuhnya optimal, terutama belanja yang bersifat produktif. Ketiga, pemberian subsidi yang tepat sasaran. Keempat, pengendalian belanja yang mengikat (mandatory spending). Kelima, pengendalian keseimbangan primer.
Untuk tahun ini, lanjutnya, pemerintah masih optimistis masih akan bisa tercapainya laju produk domestik bruto (PDB) tahun ini. Padahal sebelumnya, Bank Indonesia merevisi proyeksi dari 5,2%-5,6% menjadi 5,0%-5,4%
“Kita masih punya TA [tax amnesty] nanti, terus upaya peningkatan investasi. Masih bisalah,” kataya.
Selain itu, nilai tukar rupiah diperkirakan akan berada di level Rp13.650- Rp13.900 per dolar Amerika Serikat. Bambang mengatakan nilai tukar rupiah akan sangat berkaitan erat dengan perkembangan global. Hingga saat ini, lanjut dia, baik pemangku fiskal maupun moneter sudah menjalankan tugasnya.
Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Suahasil Nazara mengatakan dengan stimulus fiskal dan inflasi yang rendah, konsumsi masyarakat diperkirakan akan membaik dan masih menjadi penopang pertumbuhan.
Tahun depan, inflasi diperkirakan berada di kisaran 3%-5%, tidak jauh berbeda dengan asumsi yang ada dalam APBN 2016 sebesar 4%. Suahasil mengatakan inflasi yang rendah memang akan terjadi setelah pemerintah menghapus subsidi BBM.
“Selain itu pengendalian volatile food diharapkan semakin bagus,” katanya.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2017 ditinjau dari Pengeluaran (%)
----------------------------------------------------
Konsumsi Rumah Tangga 5,1-5,2
Konsumsi LNPRT 6,2-7,1
Konsumsi Pemerintah 6,5-6,5
PMTB 6,4-7,3
Ekspor Barang dan Jasa 1,0-2,7
Impor Barang dan Jasa 1,8-3,2
----------------------------------------------------
PDB 5,3-5,9
----------------------------------------------------
Sumber: KEM-PPKF 2017