Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Rokok Turun di Kuartal I/2016

Dampak dari perlambatan laju ekonomi, lanjutnya, diperkuat oleh tekanan kenaikan harga rokok akibat langkah pemerintah menaikkan cukai tembakau.
Pabrik rokok. /samperna.com
Pabrik rokok. /samperna.com

Bisnis.com, JAKARTA - Penaikan cukai rokok di tengah kelesuan ekonomi membuat penjualan rokok turun 5,9% di kuartal I/2016.

Presiden Direktur PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) Paul Norman Janelle memaparkan ekonomi yang masih lesu di awal 2016 menekan penjualan rokok di Indonesia.

Dampak dari perlambatan laju ekonomi, lanjutnya, diperkuat oleh tekanan kenaikan harga rokok akibat langkah pemerintah menaikkan cukai tembakau.

Dia mengungkapkan pada kuartal I/2016 penjualan rokok di Tanah Air melambat 5,9% dan diproyeksikan merosot 1%–2% sepanjang 2016.

“Ekonomi sekarang sedikit soft dan juga tahun lalu ada cukai naik 15%. Saya harap pemerintah mengerti dampak kenaikan cukai 15% dalam ekonomi seperti sekarang,” kata Janelle usai bertemu dengan Menteri Perindustrian Saleh Husin, Selasa (10/5/2016).

Janelle menjelaskan beberapa petinggi HMPS bertemu dengan Menperin untuk menjelaskan aktivitas bisnis anak perusahaan Phillip Morris tersebut di Indonesia.

Dia mengungkapkan HMSP kini merupakan perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia usai melaksanakan right issue pada 2015. Sampoerna tahun lalu juga merupakan perusahaan pembayar pajak terbesar yaitu senilai Rp67 triliun melalui cukai dan pajak penghasilan.

Keberhasilan right issue yang menyerap sekitar Rp26,7 triliun di Bursa Efek Indonesia tersebut, menurutnya, adalah sinyal kepercayaan investor dalam negeri atas bisnis HMSP.

“Itu merupakan sukses besar karena ada orang Indonesia mau investasi di Indonesia. Itu baik bagi Indonesia dan baik bagi Sampoerna,” kata Janelle.

Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto menambahkan Sampoena juga melaporkan upaya perseroan mengembangkan budi daya tembakau dan cengkeh di Indonesia.

Dia mengatakan Sampoerna saat ini menerapkan aplikasi sensor pendeteksi asupan nutrisi secara real time. Aplikasi sensor tersebut diklaim bisa mendongkrak produksi cengkeh dari 10 kilogram per pohon menjadi 50 kilogram per pohon.

“Kemudian mereka melaporkan kemitraan pabrik dengan petani. Saya pikir ini terobosan karena bisa mempersingkat rantai distribusi dari pabrik langsung ke petani,” kata Panggah.

Peraturan Menteri Perindustrian no. 63/2015 memproyeksikan produksi rokok Indonesia naik pada kisaran 5%—7,4% setiap tahun.

Produksi rokok pada 2016 diperkirakan mencapai 421,1 miliar batang yang antara lain terdiri dari 77,1 miliar batang rokok jenis Sigaret Kretek Tangan dan 183,8 miliar batang Sigaret Kretek Mesin Mild.

Konsumsi tembakau industri rokok diproyeksikan mencapai 461.114,96 ton pada 2016, sedangkan konsumsi cengkeh mencapai 152.500,99 ton.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper