Bisnis.com, SURABAYA - Mata uang China renminbi dinilai berpotensi menjadi mata uang perdagangan internasional di Indonesia,
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jatim Benny Siswanto mengatakan perdagangan internasional di Indonesia berpotensi menggunakan renmimbi (RMB) untuk mengurangi dominasi dolar.
"Selain itu kalau diamati perdagangan internasional Indonesia lebih banyak didominasi Tiongkok, Singapura, Jepang, Korea dan Malaysia. Dengan tertinggi adalah Tiongkok yang mencapai 23 persen," ucap Benny, dalam acara sosialisai RMB sebagai mata uang alternatif transaksi perdagangan internasional, di Surabaya, Selasa (3/5/2016).
Alasan lain, kata Benny, penggunaan RMB dalam valuta asing masih kecil yakni mencapai Rp120 miliar per hari atau hanya 0,1 persen dari keseluruhan mata uang intenasional.
"Artinya ini potensi cukup besar, dan sebagai upaya untuk lepas dari dominasi mata uang dolar yang sering digunakan dalam perdagangan internasional," ucapnya.
Benny mengatakan, pengunaan RMB juga sebagai persiapan karena mata uang tersebut mulai tanggal 1 Oktober 2016 akan menjadi mata uang internasional yang tercatat di Bank Dunia, menyusul dolar, euro, yen, kemudian renmimbi.
Benny menjelaskan, saat ini mata uang dolar menguasai sekitar 87% transaksi global, sedangkan di Indonesia dolar menguasai 90% transaksi perdagangan.
"Jika kita ingin mengurangi dominasi dolar, perlu ada perubahan paradigma atau cara pandang terhadap RMB," ujarnya.
Sementara itu pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada Prof Tri Widodo mengakui hal yang sama, potensi penggunaan RMB cukup besar diterapkan dalam perdagangan internasional di Tanah Air, sebab 60% transaksi Indonesia adalah ke Tiongkok.
"Penggunaan mata uang RMB adalah sebuah terobosan, tapi ke depan perlu terbungkus dalam integrasi ekonomi di wilayah Asia dengan kesepakatan bersama negara-negara di Asia, sehingga akan kuat," ucapnya.